Lebih Panjang dari Rute W45, Garuda Usulkan Pangkas Rute T1 di Selatan Jawa

garudaSuharso Rahman

ANGKASAREVIEW.COM – Maskapai nasional Garuda Indonesia mengusulkan dilakukannya pemangkasan jalur penerbangan melalui rute selatan Pulau Jawa atau Tango One (T1) agar memiliki tingkat efisiensi yang sama dengan rute utara atau Whiskey Four Five (W45). Demikian dikatakan Direktur Operasi PT Garuda Indonesia Tbk., Capt. Triyanto Moeharsono dalam Seminar Nasional yang digelar Himpunan Taruna Jurusan Keselamatan Penerbangan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI Curug) di Tangerang, Kamis (1/3/2018).

Mengacu kepada surat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara No. AU.306/12/5/DJPU-DNP.2016 tentang trial (uji coba) rute selatan Pulau Jawa. Uji coba tersebut dilaksanakan Garuda Indonesia pada 17 – 23 December 2016 dengan rute CGK – DPS menggunakan pesawat B738 Garuda Indonesia.

Selama iju coba, jarak yang dihitung dari poin CKG VOR ke DPS VOR pada rute selatan T1 ternyata lebih panjang 20Nm dari W45. Dengan dua titik poin yang sama, W45 memiliki jalur penerbangan sepanjang 534 NM, sementara T1 panjang jalur penerbangannya 554 NM.

T1 merupakan jalur penerbangan yang melintasi koordinat membentuk sebuah siku dari Cilacap menuju Progo hingga Kidul. “Saya usulkan, daripada lewat Progo lebih baik dari Cilacap langsung ke Kidul. Sehingga jalur menjadi lebih dekat karena membentuk sebuah garis lurus,” ungkap Triyanto.

Baca Juga:

STPI Curug Siap Didik Taruna Dengan Kompetensi yang Dibutuhkan Jika Jalur Selatan Dibuka

Gelar Seminar Nasional, Himpunan Taruna Jurusan Kespen STPI Bahas Pengambilan FIR A B C

Pemotongan rute tersebut menurutnya bisa menghemat sekitar 300 Km jarak tempuh. Angka tersebut hanya untuk rute penerbangan dari Cengkareng ke Denpasar. Sementara T1 bisa digunakan untuk menjangkau destinasi di wilayah timur Indonesia seperti Lombok, Kupang, hingga Maumere.

Ia menyadari jalur alternative yang ia usulkan tersebut berisiko melewati ruang udara Lanud Iswahjudi di Magetan, Jawa Timur dan tentunya masuk dalam zona wilayah yang digunakan TNI AU untuk aktivitas militer.

“Memang di sini ada keterangan bahwa ada latihan di pantai selatan ini dan saya pikir kita bisa atur waktunya, kita bisa evaluasi. Apa bila ada notam, ada military activity di jalur selatan, kita bisa pakai rute yang T1. Jadi ada alternatif lain, sehingga ini menarik untuk airlines kita menggunakan jalur selatan,” jelasnya.

Namun bagitu menurutnya batasan itu bisa disiasati hanya dengan mengeluarkan notice to airmen (NOTAM), terlebih tidak setiap saat lanud mengadakan pelatihan militer.

“Selain itu, T1 juga terkendala cuaca buruk karena ada angin siklon tropis pada Oktober. Kami tidak mau terbang melewati itu karena mengganggu penerbangan,” ujarnya.

Menurutnya jalur alternatif T1 yang ia usulkan mungkin perlu koordinasi lagi dengan pihak TNI Angkatan Udara, apakah sedikit ruang udara yang melewati area latihan militer itu masih dimungkinkan dan bilamana ada kegiatan militer agar bisa didiskusikan jadwalnya.

Dengan adanya perubahan rute yang ia usulkan tersebut, akan mengurangi jarak sepanjang 76 NM sehingga sangat signifikan dampaknya bagi airlines.

“Alternative jalur selatan menjadi alternative yang sangat baik digunakan, namun masih perlu koordinasi dan juga ada beberapa perbaikan. Sehingga alternatif selatan menjadi suatu alternatif yang lebih kompetitif dan dapat digunakan untuk mengurangi traffic di utara,” pungkasnya. (ERY)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *