Berita

Bisnis Penerbangan Makin Berat Tahun Ini

ANGKASAREVIEW.COM – Tahun 2017 lalu Kementerian Perhubungan telah menambah 83 rute penerbangan di Indonesia. Dari 83 rute itu, 58 di antaranya adalah penerbangan domestik, sedangkan sisanya merupakan rute internasional. Namun apakah itu berarti bisnis penerbangan di Indonesia makin menggiurkan?

Nyatanya, menurut Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) penambahan rute-rute baru itu bukan berarti bisnis penerbangan makin menggiurkan. Justru sebaliknya, menurut Kepala Bidang Penerbangan Terjadwal Inaca Bayu Sutanto menyatakan masih ada tantangan berat yang harus dipikul pelaku usaha penerbangan. Tantangan utamanya justru adalah harga tiket yang masih diatur pemerintah.

Baca juga:
Ditjen Hubud dan Operator Penerbangan Berkomitmen Tingkatkan Keselamatan Penerbangan di Papua
Tingkatkan Keselamatan Penerbangan, Operator Harus Beri Pelatihan Airmanship

Menurutnya, hingga sekarang perubahan harga tiket masih mengikuti kenaikan harga produksi, seperti harga avtur, biaya jasa navigasi hingga biaya di bandara. “Prosesnya panjang dan sulit,” ujarnya seperti dikutip di laman Kontan.co.id, Rabu (17/1).

Padahal, penambahan rute baru tidak diimbangi dengan kondisi Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara paling utama di Indonesia. Bayu mengatakan, penyelenggara industri penerbangan di Indonesia masih harus memperbaiki fasilitas di bandara itu, mulai dari kualitas landas pacu, terminal, pelayanan navigasi, hingga jam operasional bandara yang juga dirasa perlu ditambah.

“Kami berharap pemerintah membentuk badan ekonomi pengatur penerbangan untuk mengatur kebijakan ekonomi penerbangan sipil terkait infrastruktur, tarif, konektivitas, integrasi moda, dan pemerataan,” ungkapnya.

Kondisi bandara yang masih harus mendapat perhatian lebih ini juga diamini oleh Garuda Indonesia sebagai salah satu pelaku usaha penerbangan. Lewat VP Corporate Secretary Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan, mengatakan, kondisi bandara yang padat akan berpengaruh pada on time performance (OTP) maskapai penerbangan.

“Misalkan ada satu armada terlambat 45 menit, ini akan memiliki efek domino,” ungkapnya di laman Kontan.co.id. REMIGIUS

 

admin

Recent Posts

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

29 minutes ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

3 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

5 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

6 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

6 hours ago

Drone hutan: Perang senyap di bawah kanopi pepohonan

Ukraina meluncurkan konsep drone penyergapan yang beroperasi semi-otonom dan mampu bertahan berhari-hari di pepohonan untuk…

10 hours ago