Mencermati kehadiran EC-130H Compass Call di Karibia, menebak skenario AS dalam upaya menekan Venezuela

AS kirim EC-130H Compass Call ke Puerto Rico _ Airspace ReviewVia X

AIRSPACE REVIEW – Kemunculan pesawat perang elektronik langka milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF), Lockheed EC-130H Compass Call, di Bandara Internasional Luis Muñoz Marín/Pangkalan Garda Nasional Udara Muñiz, San Juan, di Puerto Rico baru-baru ini, telah memicu beragam analisis mengenai pergeseran fokus militer Washington di Karibia.

EC-130H adalah pesawat yang didedikasikan untuk peperangan elektronik (EW) ofensif. Misinya utamanya adalah untuk menolak (deny), menurunkan (degrade), dan mengganggu (disrupt) komunikasi serta sistem komando-kendali (C2) musuh.

Ini bukan pesawat yang dirancang untuk menjatuhkan bom. Compass Call adalah platform udara yang didesain dapat melumpuhkan dan mengganggu jaringan radio, komunikasi satelit, hingga tautan data penting.

Dikatakan langka, karena pesawat ini jumlahnya tidak banyak dan jarang dikerahkan tanpa alasan operasional yang jelas. USAF saat ini masih mengoperasikan sekitar empat unit Compass Call dari 14 yang pernah dimiliki sebelumnya.

Kehadiran Compass Call di wilayah Karibia jelas menandai peningkatan signifikan dalam strategi militer AS, khususnya terkait upaya penekanan terhadap Venezuela.

Pesan Strategis yang Tersembunyi

Dalam konteks strategis, pengerahan Compass Call adalah sebuah anomali yang kuat. Pesawat ini sesungguhnya sedang dalam tahap akhir operasionalnya, yang secara bertahap digantikan oleh jet EA-37B. Ini adalah versi jet dari Compass Call, dengan menggunakan basis pesawat Gulfstream G550.

Setiap pengerahan pesawat yang langka, merupakan keputusan strategis tingkat tinggi, yang menunjukkan adanya kebutuhan operasional yang mendesak atau niat untuk menyampaikan pesan geopolitik yang diperhitungkan dengan baik kepada aktor regional.

Kehadiran Compass Call menggarisbawahi, bahwa AS siap bertindak di medan perang tak terlihat, yaitu spektrum elektromagnetik.

Dari pangkalan di Puerto Rico, EC-130H memiliki jangkauan yang memadai untuk mengganggu komunikasi di wilayah maritim yang luas hingga ke Amerika Selatan bagian utara, khususnya lagi yang melibatkan unit militer Venezuela.

Pengerahan EC-130H Compass Call di Puerto Rico secara bersamaan terjadi ketika AS meningkatkan penguatan militernya di Karibia dengan digelarnya Operasi Southern Spear (Operasi Tombak Selatan).

Operasi ini secara resmi dipresentasikan AS sebagai upaya kontra-narkotika besar-besaran di wilayah Karibia, dengan menyasar Venezuela yang dinilai sebagai pemasok barang haram tersebut ke wilayah AS.

Namun demikian, pengerahan aset militer yang canggih, termasuk puluhan jet tempur siluman F-35 Lightning II, telah menimbulkan spekulasi beragam terkait niat Washington yang sesungguhnya.

Seperti kita ketahui dari pemberitaan-pemberitaan sebelumnya, AS telah mengirimkan puluhan jet F-35 (F-35A dan F-35B) ke bekas Pangkalan Angkatan Laut Roosevelt Roads yang berlokasi di Ceiba.

Pangkalan tersebut berjarak kurang dari 70 km dari Pangkalan Garda Nasional Udara Muñiz di San Juan yang digunakan sebagai basis EC-130H.

Tak mengherankan, banyak pengamat menafsirkan operasi militer ini sebagai instrumen tekanan geopolitik dan militer terhadap rezim Venezuela saat ini.

Bila tujuannya untuk kontra-narkoba semata, radanya menjadi “kurang relevan” AS mengerahkan puluhan jet tempur generasi kelima F-35. Apakah untuk memerangi kartel narkoba benar-benar dibutuhkan pengerahan jet tempur F-35 dan pesawat perang elektronik EC-130H?

Lebih mengherankan lagi, karena AS sebelumnya juga telah mengerahkan enam pesawat jet serang elektronik EA-18G Growler ke pangkalan yang sama ditempati oleh armada F-35A dan F-35B di Ceiba, Puerto Rico.

Pengerahan enam pesawat dari Angkatan Laut AS (US Navy) tersebut menambah kemampuan serangan elektronik AS di wilayah tersebut

Sinergi antara jet tempur F-35 dengan platform EW seperti EC-130H dan juga platform-platform lainnya, sesungguhnya menciptakan paket peperangan yang terlalu canggih guna memerangi kapal-kapal berukuran sedang di lautan lepas yang diduga hendak menyelundupkan narkoba dari Venezuela ke wilayah AS.

Dalam pengerahan kombilasi F-35 dengan EC-130H saja, misalnya, Lightning II akan bekerja tanpa terdeteksi guna mengumpulkan data. Sementara Compass Call bekerja untuk melumpuhkan kemampuan C2 musuh.

Kombinasi ini memungkinkan AS untuk “membentuk medan perang” secara substansial, memanfaatkan kerentanan yang tidak terlihat sebelum konfrontasi langsung terjadi.

Compass Call pernah dikerahkan AS untuk mengganggu komunikasi pasukan musuh dan membuka koridor aman bagi pasukan udara AS dan sekutunya di Balkan tahun 1990-an, terutama selama Operation Deliberate Force (Bosnia, 1995) dan Operation Allied Force (Kosovo, 1999).

Pesawat ini juga dikerahkan AS dalam operasi di Timur Tengah, khususnya selama Operasi Desert Storm (Perang Teluk, 1991) dan selama Operasi Iraqi Freedom (Invasi Irak, 2003). EC-130H juga dikerahkan AS dalam operasi militer di Afganistan tahun 2001.

Nalar logika tentu akan menghubungkan pengerahan EC-130H ke Karibia kali ini dengan operasi-operasi militer yang pernah dilakukan AS sebelumnya di berbagai wilayah yang telah disebutkan.

Tekanan Asimetris

Dalam hal sistem pertahanan udara, militer Venezuela antara lain mengoperasikan sistem S-300VM buatan Rusia. Sistem ini sangat bergantung pada radar yang kompleks dan tautan data untuk melacak ancaman, mengarahkan rudal, dan beroperasi sebagai jaringan terpadu.

Sementara Compass Call dapat memancarkan daya tinggi untuk menutupi dan mengacaukan frekuensi radar kunci, mengurangi efektivitas pelacakan dan penargetan.

Dengan mengganggu tautan data antarkomponen yang dimiliki militer Venezuela, EC-130H diharapkan dapat membuat aset militer musuh tersebut terisolasi dan kurang efektif.

Pengerahan aset militer canggih AS dapat diartikan sebagai upaya peningkatan tekanan asimetris terhadap Venezuela.

Washington menggunakan kekuatan militer untuk membatasi opsi Caracas, dan sekaligus memberikan pesanan kepada sekutu Venezuela, agar tidak memperluas pengaruh militer mereka di kawasan tersebut.

Kemunculan EC-130H Compass Call di Puerto Rico menandai secara jelas pergeseran strategis AS yang menempatkan kembali Karibia menjadi titik fokus geopolitik.

Dengan memadukan aset siluman, intelijen, dan kemampuan perang elektronik yang canggih, Washington menunjukkan kesiapan untuk bersaing di setiap domain, termasuk spektrum elektromagnetik.

Langkah ini tidak hanya meningkatkan kemampuan AS dalam memerangi aktivitas ilegal, tetapi yang paling penting mengirimkan pesan yang tidak ambigu kepada Caracas, bahwa kontrol terhadap spektrum elektromagnetik kini berada di tangan AS. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *