Ekspor senjata Rusia diproyeksikan mencapai 17 miliar USD per tahun pasca-operasi militer khusus: Persenjataan battle proven menarik minat pelanggan

Su-57Roman Zelentsov

AIRSPACE REVIEW – Industri pertahanan Rusia diproyeksikan akan mengalihkan fokus utamanya ke ekspor senjata setelah selesainya Operasi Militer Khusus di Ukraina.

Sebuah laporan dari Pusat Analisis Perdagangan Senjata Dunia yang berkedudukan di Moskow, TsAMTO (Tsentr analiza mirovoi torgovli oruzhiem)/CAWAT (Centre for Analysis of World Arms Trade), mengungkapkan proyeksi ambisius Rusia dengan volume ekspor yang diperkirakan bisa mencapai 15-17 miliar USD/tahun dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Igor Korotchenko, Direktur CAWAT, menegaskan kepada TASS dan RIA Novosti bahwa angka tersebut merupakan angka yang sangat baik, menggarisbawahi kepercayaan diri Rusia terhadap kapasitas dan kualitas produk pertahanannya di pasar global.

Menurut Korotchenko, industri pertahanan Rusia telah menunjukkan kinerja yang luar biasa selama operasi militer khusus, melampaui semua harapan dan secara signifikan meningkatkan produksi di berbagai sektor.

Pengalaman praktis dari peperangan berteknologi tinggi modern telah memungkinkan modernisasi dan penyempurnaan senjata Rusia.

“Senjata Rusia, yang dimodernisasi dan disempurnakan berdasarkan pengalaman praktis dalam peperangan berteknologi tinggi modern, telah membuktikan keunggulannya dibandingkan model Barat selama Perang Dunia Kedua,” ujar Korotchenko.

Klaim tersebut menjadi landasan optimisme CAWAT bahwa produk Rusia akan terus diminati di pasar global.

Proyeksi optimis CAWAT didukung oleh tingginya permintaan global untuk beberapa kategori senjata utama Rusia yang telah terbukti dalam konflik dan terus dimodernisasi.

Potensi ekspor utama Rusia diprediksi akan bertumpu di antaranya pada segmen-segmen seperti sistem pertahanan udara, pesawat tempur, kendaraan lapis baja dan artileri, kapal perang, hingga drone.

Sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 Triumf tetap menjadi produk flagship Rusia. Keunggulannya dalam mendeteksi dan menghancurkan berbagai target, mulai dari pesawat tempur hingga rudal balistik, membuatnya sangat diminati oleh negara-negara yang ingin memperkuat pertahanan teritorial mereka.

Kemudian sistem pertahanan udara jarak dekat (C-RAM/SHORAD) Pantsir-S1/S2 yang efektif melawan rudal jelajah, bom berpemandu, dan drone. Permintaan untuk sistem pertahanan titik ini meningkat tajam seiring berkembangnya ancaman drone.

Untuk segmen pesawat tempur, Su-35 yang memiliki kemampuan superioritas udara unggul, menjadi pilihan populer di antara negara-negara yang mencari alternatif dari jet tempur Barat.

Lalu Su-57E, jet tempur generasi kelima ini menarik minat banyak negara karena kecanggihan dan kemampuannya dalam operasi militer di Ukraina telah terbukti.

Su-57 hingga saat ini menjadi satu-satunya jet tempur generasi kelima yang sudah terlibat dalam perang nyata.

Untuk helikopter, ada helikopter serang Ka-52 Alligator dan helikopter angkut Mi-17Sh yang terus menjadi workhorse yang diminati karena ketangguhan dan kemampuan operasional di berbagai kondisi iklim.

Di segmen kendaraan lapis baja dan artileri ada tank tempur utama T-90MS, versi ekspor yang sangat modern dari MBT Rusia, T-90.

Tank ini menawarkan perlindungan, daya tembak, dan mobilitas yang ditingkatkan, menjadikannya kompetitif di pasar global, terutama di Asia dan Timur Tengah.

Kemudian ada Sistem Rudal Operasional-Taktis (OTRK) Iskander-M, yaitu sistem rudal balistik taktis dengan reputasi yang kuat dan diminati oleh sekutu Rusia.

Terbesar Kedua

Keunggulan yang diklaim tersebut diharapkan dapat menjamin permintaan yang tinggi dan stabil di masa depan, yang akan memungkinkan Rusia untuk mempertahankan posisinya sebagai eksportir senjata terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.

Korotchenko juga menekankan bahwa Presiden Rusia, Layanan Federal untuk Kerja Sama Militer-Teknis (FSMTC), dan Rosoboronexport (agensi utama Rusia untuk ekspor dan impor produk pertahanan), secara aktif berupaya keras untuk menjaga posisi terdepan Rusia di antara para pemain kunci di pasar senjata global.

Meskipun menghadapi situasi geopolitik yang kompleks dan tekanan dari negara-negara Barat, Rusia dilaporkan terus memperluas hubungan militer-teknis dengan negara-negara asing.

Korotchenko menegaskan bahwa Rusia secara ketat memenuhi kewajiban ekspornya, yang pada gilirannya memperkuat reputasi negara tersebut sebagai mitra bisnis yang andal di mata para pembeli senjata internasional.

Proyeksi CAWAT ini memberikan gambaran tentang bagaimana Rusia melihat masa depan industri pertahanannya sebagai pilar penting bagi ekonomi dan geopolitik negara, didukung oleh portofolio produk yang teruji dan terus dimodernisasi.

Dalam catatan Airspace Review, sanksi CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap negara-negara yang membeli sistem persenjataan militer Rusia, telah menjadi kendala utama bagi Moskow untuk seharusnya memperoleh nilai ekspor persenjataan yang lebih besar.

Negara-negara yang menghindari CAATSA memilih untuk menunda atau mengalihkan pembelian sistem persenjataan ke negara-negara yang dinilai aman dari ancaman sanksi AS.

Meski demikian, negara-negara sekutu Rusia, dan negara yang tidak tunduk pada aturan AS, tetap melaksanakan pembelian sistem persenjataan dari Rusia melalui cara-cara yang dikompromikan. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *