AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara China (PLAAF) telah merilis rekaman resmi yang menunjukkan drone tempur siluman (UCAV) GJ-11 beroperasi bersama pesawat tempur berawak J-20 dan J-16.
Video tersebut menunjukkan bahwa GJ-11 telah memasuki pelatihan rutin dan penggunaan operasional dalam PLAAF.
Kehadiran GJ-11 sering dibandingkan dengan pesawat tempur nirawak Sukhoi S-70 Okhotnik-B Rusia, karena kemiripan desainnya.
Namun S-70 masih dalam tahap pengujian, sedangkan GJ-11 telah menjalani proses pengerahan operasionalnya.
Mengenai GJ-11, UCAV ini dirancang oleh Shenyang Aircraft Design Institute dan proses manufakturnya dilaksanakan oleh Hongdu Aviation Industry Group (HAIG) bagian dari AVIC.
GJ-11 memiliki tanda radar yang rendah berkat bentuknya yang aerodinamis dengan mengadopsi model sayap terbang (flying wing) dan penggunaan material penyerap radar.
Kemampuan siluman ini memungkinkannya menembus wilayah udara yang dijaga ketat tanpa terdeteksi oleh sistem radar musuh.
Meskipun rincian pasti jangkauannya belum diungkapkan, GJ-11 dirancang untuk melaksanakan misi jarak jauh, mungkin beberapa ribu kilometer jauhnya.
GJ-11 dapat membawa berbagai persenjataan, termasuk rudal udara ke permukaan, bom presisi, dan mungkin rudal antiradar. Senjata- senjata ini dibawa secara internal (dalam perut) untuk menjaga kesilumannya.
Selain misi tempur, GJ-11 mampu melakukan peran pengintaian, pengawasan, dan intelijen (ISR), serta peperangan elektronik (EW).
AVIC juga mengumumkan bahwa GJ-11 telah dilengkapi dengan kemampuan terbang otonom berdasarkan kecerdasan buatan (AI), memungkinkannya terbang secara otonom atau mengikuti rencana yang telah diprogram sebelumnya.
GJ-11 tak hanya dirancang untuk beroperasi dari pangkalan darat, tetapi juga dapat ditempatkan di kapal induk, sehingga memperluas jangkauan operasional tempurnya. (RBS)

