AIRSPACE REVIEW – Perusahaan pertahanan EDGE dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Anduril dari Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana untuk membentuk usaha patungan besar yang bertujuan mempercepat desain dan produksi drone untuk penggunaan sipil dan pertahanan di Timur Tengah.
Kemitraan ini akan menggabungkan kehadiran EDGE yang telah mapan di Timur Tengah dengan pendekatan Anduril terhadap pengembangan cepat berbasis perangkat lunak dan manufaktur skala besar.
Dengan menggabungkan kekuatan-kekuatan tersebut, usaha patungan ini bertujuan untuk menghadirkan sistem massal yang terjangkau dan dapat diimplementasikan.
Produk utama dan pertama dari aliansi baru ini adalah Omen, sebuah Kendaraan Udara Otonom (AU) yang dapat terbang melayang hingga jelajah dan dirancang untuk misi jarak jauh dan operasi ekspedisi.
Pesawat nirawak ini menggabungkan daya tahan dan muatan yang setara dengan sistem yang lebih besar dengan konfigurasi yang ringkas dan tidak bergantung pada landasan pacu, dapat terbang dan mendarat secara vertikal (VTOL).
Omen dibangun berdasarkan investasi Anduril sebesar 850 juta USD dalam teknologi otonomi misi dan pengembangan VTOL Grup 3, ditambah dengan investasi tambahan sekitar 200 juta USD dari EDGE.
Kedua perusahaan berencana untuk memproduksi penuh sistem Omen ini pada akhir tahun 2028. Dengan pesanan awal datang UEA sebanyak 50 sistem Omen.
Sistem untuk UEA dan mitra regional akan diproduksi di dalam negeri oleh Aliansi Produksi EDGE–Anduril, sementara pesanan AS akan dipenuhi di fasilitas Arsenal-1 milik Anduril di Ohio.
Untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang, Anduril akan membangun pusat penelitian, pengembangan, dan simulasi permanen seluas 4.800 meter persegi di UEA.
Fasilitas ini akan berfungsi sebagai pusat regional untuk rekayasa dan pembuatan prototipe, memperluas kemampuan negara dalam merancang dan menguji sistem otonom canggih.
Drone Omen dirancang untuk misi multi domain, mulai dari pengawasan maritim dan pasokan logistik hingga penginderaan pertahanan udara dan relai komunikasi.
Didukung oleh rangkaian otonomi Lattice, beberapa drone akan mengoordinasikan jalur penerbangan, berbagi data sensor, dan mengadaptasi perilaku secara waktu nyata.
Rangka pesawat yang ringan dan dapat dilipat memungkinkan tim yang terdiri dari dua orang untuk merakit dan meluncurkannya tanpa infrastruktur tetap. Sementara, sistem arsitektur terbukanya mendukung konfigurasi ulang misi yang cepat.
Selain untuk keperluan militer, sistem ini dapat memulihkan komunikasi setelah bencana alam atau mengirimkan pasokan ke daerah-daerah terpencil. (RBS)

