AIRSPACE REVIEW – Sebagian besar batalion tank Ukraina dilaporkan saat ini hanya beroperasi dengan beberapa unit yang siap tempur, jauh di bawah kekuatan standar semestinya.
Pada awal perang dengan Rusia, Ukraina diketahui memiliki sekitar 1.400 tank. Kini diperkirakan hanya sepertiganya atau bahkan kurang dari itu yang masih beroperasi.
Informasi tersebut diungkapkan oleh pakar perang lapis baja Ukraina, Mykola Salamakha, dalam wawancara dengan Radio Svoboda.
Salamakha menjelaskan bahwa batalion tank operasional Ukraina hanya sedikit yang berfungsi.
Alih-alih 30 atau 40 tank per batalion, paling banter hanya lima atau enam tank yang mampu bertempur, terkadang hanya dua atau tiga saja.
Dengan fakta ini, para komandan tank semakin berhati-hati, menyimpan aset mereka yang terbatas untuk peran-peran penting.
“Mereka mengirim tank ke medan tempur garis depan hanya untuk menunjukkan kepada pasukan infanteri kawan, bahwa mereka masih memiliki dukungan tempur”, ungkap Salamakha.
Memasuki tahun keempat perang, baik Ukraina maupun Rusia bergulat dengan kondisi medan perang yang sangat membatasi kemampuan manuver tank.
Penggunaan drone kamikaze yang meluas, telah mengubah zona pertempuran menjadi lingkungan berisiko tinggi bagi pergerakan pasukan lapis baja.
Salamakha mengatakan pengerahan tank sangat rentan hingga jarak 10 km di belakang garis depan. Begitu tank terdeteksi, serangan drone kamikaze langsung menyusul untuk melumpuhkannya.
Angkatan Bersenjata Ukraina memulai perang dengan sekitar 800 tank yang beroperasi dan 600 lainnya yang disimpan sebagai cadangan. Dan kini telah berkurang secara signifikan.
Tank tempur utama (MBT) modern Ukraina terutama dari jenis T-72 era Uni Soviet sekitar 520 unit, dan seri T-80 sekitar 80 unit, sisanya tank tua T-55, T-62 dan T-64.
Ukraina juga menerima sejumlah tank canggih dari negara NATO, termasuk Leopard 2, Challenger 2, dan M1A Abrams. Namun sebagian besar tank Barat ini berhasil dikalahkan oleh pasukan Rusia. (RBS)

