AIRSPACE REVIEW – India diberitakan akan mengintegrasikan rudal udara ke udara jarak jauh Meteor buatan konsorsium Eropa, MBDA. Integrasi akan dilakukan di India dengan melibatkan ahli dari Rusia.
MBDA disebut telah mengonfirmasi kelayakan proyek tersebut dan menyatakan integrasi dimungkinkan terutama berkat radar AESA GaN Virupaksha baru buatan India.
Radar aktif tersebut mampu mendeteksi target seukuran pesawat tempur pada jarak hingga 300 km.
Karena Su-30MKI awalnya dirancang di Rusia, para insinyur Rusia hampir pasti akan terlibat dalam modernisasi tersebut.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran serius di mana Rusia akan memiliki akses ke dokumentasi teknis rudal Meteor.
Akses tersebut akan menimbulkan risiko keamanan yang signifikan, yang berpotensi mengungkap data sensitif tentang teknologi rudal tercanggih di Eropa.
Meskipun seseorang tetap skeptis terhadap kemampuan industri pertahanan Rusia untuk merekayasa balik sistem canggih tersebut, akses ke data kinerja, batasan sistem, dan spesifikasi utama tetap akan memberikan wawasan berharga.
Pengetahuan ini dapat membantu Rusia mengembangkan tindakan balasan — atau bahkan menginspirasi penyempurnaan rudal jarak jauh R-37M miliknya mereka yang saat ini digunakan pada pesawat Su-30SM2.
Meskipun ada kemungkinan India dapat melakukan integrasi Meteor secara mandiri atau sepenuhnya dengan bantuan Eropa, kemungkinan keterlibatan Rusia tetap tinggi, mengingat asal pesawat dan potensi kompleksitas teknisnya.
Pertimbangan keamanan dalam kerja sama persenjataan sangatlah penting, sebagaimana diilustrasikan oleh keputusan AS untuk memblokir pengiriman F-35 ke Turki atas akuisisi sistem S-400 Rusia.
Oleh karena itu, tulis media pertahanan India, masih belum jelas mengapa Eropa tampak nyaman mengizinkan teknologi rudal mutakhirnya diintegrasikan ke dalam pesawat yang dikembangkan dengan partisipasi Rusia. (RNS)

