AIRSPACE REVIEW – Pemerintah Denmark pada 10 Okober memesan 16 jet tempur siluman F-35 Lightning II tambahan dari Amerika Serikat, menjadikannya di masa mendatang memiliki 43 unit.
Kopenhagen menggabungkan langkah ini dengan paket Arktik bernilai miliaran dolar yang menambahkan markas besar di Nuuk serta aset pengawasan dan maritim baru, yang menandakan peran Denmark yang lebih cepat dan lebih besar dalam penangkalan utara NATO.
Keputusan ini menyusul peningkatan ancaman hibrida selama berbulan-bulan di wilayah udara Nordik dan infrastruktur penting, dan menandakan peningkatan pesat kontribusi Denmark terhadap postur NATO di utara.
Kementerian Pertahanan Denmark menyatakan akan segera berunding dengan Kantor Program Gabungan F-35 mengenai opsi pengiriman untuk mempercepat pertumbuhan kekuatan dan jalur pelatihan.
Paket ini dipadukan dengan rencana terpisah untuk memperkuat kemampuan pertahanan di Greenland dan Atlantik Utara, yang menggarisbawahi bobot strategis Kopenhagen pada keamanan Arktik.
Jet F-35A buatan Lockheed Martin yang dipilih Denmark menggabungkan desain low-observable dengan sensor terpadu, radar AESA, sistem apertur terdistribusi, dan tautan data canggih yang mengubah jet tersebut menjadi simpul intelijen, pengawasan, pengintaian, dan serangan yang persisten.
Secara operasional, transisi F-35 Denmark telah berkembang pesat sejak jet pertama tiba di Fighter Wing Skrydstrup pada Oktober 2023.
Pada 1 April 2025, F-35 telah diizinkan untuk berstatus Siaga Reaksi Cepat bersama F-16 untuk pertahanan udara nasional, dengan kemampuan operasional penuh yang ditargetkan pada tahun 2027.
Saat ini, Denmark memiliki 15 F-35 di negara tersebut dan enam lagi yang berbasis di lokasi pelatihan AS.
Tambahan 16 pesawat ini dimaksudkan untuk mempercepat percepatan ini dengan mengisi kembali skuadron pelatihan, pemeliharaan, dan operasional lebih cepat. (RNS)

