AIRSPACE REVIEW – Departemen Luar Negeri AS pada 30 Juni telah menyetujui penjualan perlengkapan (kit) bom berpemandu presisi kepada Israel dalam kesepakatan yang ditaksir senilai lebih dari 510 juta dolar AS (USD).
Paket tersebut mencakup lebih dari 7.000 kit Joint Direct Attack Munition (JDAM) yang mampu mengubah bom jatuh bebas konvensional menjadi bom berpemandu presisi tinggi, senjata penting untuk operasi udara modern.
Rinciannya mencakup penjualan 3.845 kit pemandu KMU-558B/B yang kompatibel dengan bom penetrator BLU-109 seberat 907 kg. Bom ini dapat menghancurkan bunker, tempat perlindungan yang diperkeras, dan pusat komando bawah tanah.
Kemudian 3.280 kit KMU-572F/B yang kompatibel dengan bom Mk 82 seberat 227 kg. Bom ini dirancang untuk menghancurkan target yang kurang diperkuat, sehingga mengurangi kerusakan tambahan di daerah perkotaan.
Kontrak yang akan ditandatangani juga mencakup dukungan teknis, layanan teknik, pelatihan, logistik, dan pasokan suku cadang, dengan partisipasi perusahaan-perusahaan AS dan pemerintah AS.
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan (DSCA) menyatakan, penjualan ini memperkuat interoperabilitas antara pasukan pertahanan Israel dengan Amerika Serikat dan memastikan pemeliharaan keunggulan militer kualitatif Israel di Timur Tengah.
Pengumuman DSCA muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan kelompok sekutu di Suriah dan Lebanon.
Seperti diketahui, pada tanggal 13 hingga 24 Juni, Israel melancarkan serangan udara berintensitas tinggi terhadap posisi milisi Iran dan pro-Teheran menggunakan ribuan amunisi, termasuk bom berpemandu JDAM.
Dalam perang 12 hari tersebut, persediaan amunisi Israel terkuras karena digunakan untuk menyerang banyak fasilitas militer dan nuklir Iran melalui serangan udara melibatkan puluhan pesawat tempurnya.
Sistem JDAM menggabungkan navigasi inersia dengan penerima GPS. Sistem ini memastikan koreksi arah dalam penerbangan dan meningkatkan akurasi bahkan dalam kondisi cuaca buruk atau di bawah gangguan elektronik.
Kemampuan ini sangat penting bagi Angkatan Udara Israel yang memegang doktrin Pre-Emptive Strike terhadap negara-negara yang membahayakan kedaulatannya. (RNS)


Intinya kalau perang dgn israel , hindari rakyat sipil tinggal di gedung2 tinggi , hindari prajurit2 dari berkerumun di satu tempat. Dan letakan posisi peluncur rudal ditempat yg berubah2 tiap 5 jam atau di letakan di bunker2 aman , apalagi jet2 tempur harus disamarkan dari penglihatan satelit mata2 dan drone , usahakan rakyat punya tempat berlindung aman dari bom2 kaliber besar israel . Karena kekuatan utama israel adalah angkatan udara , dgn jet tempur siluman F35 , F15 dan F16 yg sudah mereka rekayasa sendiri agar lebih kuat dari Amerika sekalipun sebagai pembuat pesawatnya .