AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara AS (USAF) akan mulai menguji Finlet pada pesawat C-130J Super Hercules. Finlet adalah sirip kecil dan tetap yang dipasang di bagian ekor pesawat.
Finlet tidak bergerak atau membutuhkan tenaga. Komponen tambahan ini akan mengarahkan aliran udara untuk meningkatkan aerodinamika pesawat.
Perusahaan inovasi kedirgantaraan yang berbasis di AS, Vortex Control Technologies (VCT), telah merancang Finlet untuk beberapa pesawat USAF, termasuk C-130, KC-135, dan P-8 Poseidon. Namun hingga saat ini belum ada satu pun pesawat tersebut yang menggunakannya.
“Uji terbang performa USAF untuk C-130 dijadwalkan pada bulan Juli tahun ini,” ujar Gil Morgan, CEO VCT, kepada Aerospace Global News.
Pada tahun 2011 silam, uji awal Finlet telah dilakukan pada pesawat sipil C-130H di Mojave. Pengujian lebih lanjut yang dilakukan di bawah sponsor VCT mengonfirmasi kelayakan teknologi tersebut.
Finlet mengurangi hambatan pada pesawat C-130 hingga 8%. Hal ini tidak hanya memberikan penghematan bahan bakar yang signifikan tetapi juga meningkatkan kemampuan misi secara signifikan.
Dengan Finlet terpasang, pesawat C-130 dapat mengurangi emisi karbonnya hingga 5%, memperluas jangkauannya hingga 200 mil laut, dan meningkatkan daya tahannya hingga 45 menit. Selain itu, muatannya pun meningkat hingga 3.000 pon.
Finlet dapat membantu mengatur aliran udara di atas badan pesawat bagian belakang dengan memecah pusaran udara yang tidak berguna dan mengarahkan udara tersebut agar lebih melekat pada badan pesawat.
Dengan mengurangi hambatan, mesin tidak perlu bekerja terlalu keras, sehingga pesawat dapat membakar lebih sedikit bahan bakar untuk terbang dengan kecepatan yang sama.
Seiring waktu, hal tersebut dapat menghasilkan penghematan biaya dan emisi yang signifikan.
“Pada 737-800, Finlet mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 1,4% saat terbang jelajah dan ~1% berdasarkan bahan bakar blok,” jelas Morgan.
“Finlet dapat dipasang dalam satu shift perawatan delapan jam, di luar hanggar dalam lingkungan perawatan lini, dalam waktu sekitar 22 jam kerja,” lanjut dia.
Finlet bukanlah teknologi baru. Perangkat kecil ini sudah terbang di lebih dari 80 pesawat di seluruh dunia, termasuk operator komersial.
Pelanggan peluncuran VCT di Eropa adalah maskapai penerbangan Turki SunExpress, sementara pelanggan utama di AS adalah Avelo.
VCT mengatakan bahwa lebih dari 3,8 juta galon bahan bakar telah dihemat di seluruh dunia melalui penggunaan teknologinya. Ini setara dengan lebih dari 81 juta pon emisi CO2 yang dihindari.
Meskipun penerbangan komersial telah melihat diperkenalkannya pesawat modern dan efisien seperti Boeing 787 dan Airbus A350, penerbangan pertahanan telah melihat adopsi desain hemat bahan bakar yang lebih lambat.
C-130 mengalami perombakan pada akhir tahun 90-an, dengan C-130J memberikan jangkauan yang lebih jauh dan pembakaran bahan bakar yang lebih rendah.
Namun, C-17 belum didesain ulang sejak tahun 1980-an dan sekarang sudah tidak diproduksi lagi. P-8 Poseidon masih didasarkan pada 737NG, bukan MAX yang lebih efisien.
Dengan keterbatasan opsi untuk mengurangi pembakaran bahan bakar dan CO2, dan tidak ada pesawat baru yang akan segera dibangun, USAF harus melakukan yang terbaik dengan peralatan yang mereka miliki.
AFSOC telah menguji berbagai teknologi pengurangan hambatan untuk varian C-130 selama beberapa tahun terakhir.
Oktober lalu, mereka menguji film ‘riblet’ yang terinspirasi dari hiu, dan secara aktif mengeksplorasi microvane, strake komposit kecil, untuk armada C-130 dan C-17.
“Teater besar, seperti Pasifik, mengharuskan pesawat kami terbang jauh untuk melakukan operasi,” jelas Roberto Guerrero, Wakil Asisten Sekretaris AFSOC.
Selain perubahan perangkat keras seperti finlet, microvanes, dan teknologi kulit hiu, USAF juga menguji peningkatan efisiensi mesin, perangkat lunak dan peralatan operasional, serta penggunaan bahan bakar berkelanjutan. (RNS)

