AIRSPACE REVIEW – Boeing akan menyetabilkan laju produksi 737 MAX sebanyak 38 pesawat per bulan selama beberapa bulan ke depan. Hal ini dikatakan Wakil Presiden Kualitas Commercial Airplanes Boeing, Doug Ackerman, kepada wartawan pada hari Selasa.
Sebelumnya, produksi bulanan pesawat 737 MAX berfluktuasi antara belasan hingga tiga puluhan. Boeing terus berjuang melalui serangkaian krisis dan kontroversi yang telah menghantam keuangan dan kinerjanya.
Setelah kehilangan hampir 12 miliar USD tahun lalu, industri pesawat AS itu perlu meningkatkan produksi 737 untuk menghasilkan lebih banyak uang.
Boeing berada di jalur yang tepat untuk memproduksi sekitar 38 pesawat lorong tunggal bulan ini, kata sumber yang diwawancarai Reuters.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Boeing Kelly Ortberg sebelumnya mengatakan bahwa perusahaan perlu membuktikan dapat mempertahankan produksi pada tingkat tersebut selama beberapa bulan sebelum meminta FAA untuk mencabut batasan jumlah produksi.
Seperti diketahui, Badan Penerbangan Federal AS membatasi produksi 737 Boeing sebanyak 38 pesawat per bulan setelah ledakan panel di udara pada pesawat tersebut pada Januari 2024.
Setelah produksi berjalan lancar, perusahaan juga akan melanjutkan pekerjaan untuk menambah jalur produksi keempat, kata Ackerman.
Boeing membuat kemajuan yang stabil pada keenam metrik kualitas dan keselamatan produksi yang dibuat oleh perusahaan dan regulator, menurut Laporan Kepala Keselamatan Dirgantara tahunannya yang dirilis pada hari Rabu.
Masalah keselamatan yang disampaikan oleh karyawan ke sistem pelaporan Speak Up perusahaan meningkat sebesar 220% dari tahun 2023 hingga 2024, menurut laporan tersebut.
Perubahan yang sedang berlangsung terus membuat program tersebut lebih efektif, kata Kepala Keselamatan Dirgantara Don Ruhmann saat jumpa pers.
Misalnya, masalah keselamatan sekarang dievaluasi oleh manajer dari bagian lain yang cenderung lebih tidak memihak, daripada mereka yang mengawasi pekerjaan yang dimaksud.
Boeing juga menggunakan pembelajaran mesin untuk mendeteksi masalah kualitas dalam rantai pasokannya sebelum menyebar luas. (RNS)

