AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kepopuleran drone Bayraktar TB2 dari Turki mendorong sejumlah negara untuk mengakuisisi UCAV ini.
Bangladesh adalah salah satunya yang telah menyatakan minat dan akan segera memboyong drone bersenjata buatan perusahaan Baykar ini.
“Pemerintah Bangladesh telah menandatangani perjanjian untuk membeli UCAV,” ujar Prothom Alo mengutip Duta Besar Turki untuk Bangladesh Mustafa Osman Tufan, diberitakan Daily Sabah pada 26 Juli.
Tufan menjelaskan, ia tidak dalam posisi untuk memberikan rincian. Namun ia dapat mengonfirmasi bahwa ada kerja sama antara Bangladesh dan Turki mengenai drone Bayraktar TB2.
Sebelumnya pada tahun 2021, Mosud Mannan utusan Bangladesh di Turki mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) bahwa negaranya sedang mempertimbangkan untuk membeli drone Turki.
Negara Asia Selatan itu sebelumnya membeli kendaraan pelindung ranjau, sistem pertahanan roket multidimensi, dan kendaraan lapis baja dari Turki sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama pertahanan bilateral.
Kesuksesan Bayraktar TB2 dalam menghancurkan kolom kendaraan tempur Rusia di medan perang Ukraina menjadi alasan dipilihnya drone tersebut oleh Bangladesh.
TB2 dengan lebar sayap 12 m dapat terbang hingga 25.000 kaki sebelum menukik untuk menghancurkan tank dan artileri musuh.
Drone ini dilengkapi bom penembus lapis baja berpemandu laser.
TB2 telah menjadi faktor penentu dalam konflik di Suriah, Irak, Libya, Karabakh, dan sekarang Ukraina sehingga mempelopori dorongan ekspor pertahanan global Turki.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan, permintaan internasional sangat besar untuk TB2 dan Akıncı yang lebih baru.
Perusahaan Baykar mampu memproduksi 200 drone TB2 per tahun.
Turki dan Bangladesh merupakan mitra dalam organisasi D-8.
Pada April 2021, Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt avuşoğlu menyerahkan masa jabatan presiden Dewan Menteri Luar Negeri D-8 Turki ke Bangladesh.
-Jaden-

