Inggris menunda produksi tank tempur utama Challenger 3: Ini potensi faktor-faktor penyebab yang tidak diungkap ke publik

Challenger mk3UK MoD

AIRSPACE REVIEW – Kementerian Pertahanan (MoD) Inggris baru-baru ini memastikan bahwa produksi seri penuh tank tempur utama (MBT) Challenger 3 tidak akan dimulai sesuai jadwal tetap.

Alih-alih harus terikat pada tenggat waktu, MoD menyatakan bahwa produksi tank seri ini hanya akan dilanjutkan setelah fase demonstrasi dan uji kinerja berhasil diselesaikan dan divalidasi.

Menteri Pertahanan Inggris Luke Pollard menandaskan, keputusan program ini berlandaskan pendekatan yang hati-hati dan risiko yang terkelola, guna mengurangi kemungkinan penundaan dan kesenjangan kemampuan di tahap akhir.

Saat ini, program yang dikelola oleh Rheinmetall BAE Systems Land (RBSL) tersebut masih menggunakan delapan lambung tank Challenger 2 terbatas untuk kegiatan desain dan pengujian.

Konversi massal yang direncanakan untuk menghasilkan 148 unit tank generasi keempat Inggris pada tahun 2030, masih menunggu lampu hijau teknis.

Secara umum, kendala utama program ini seperti yang disampaikan Polland, adalah dikarenakan masalah teknis. Dan memang wajar ia tidak perlu menyampaikan secara rinci masalah-masalah teknis apa saja yang dihadapi tersebut kepada publik.

Potensi Masalah Teknis

Berdasarkan catatan terdahulu, direncanakan tank Challenger 3 akan mulai beroperasi sekitar tahun 2028-2029.

Namun dalam pengumuman terbarunya, MoD tidak menyebutkan kapan tenggat waktu produksi dimaksud dan kapan jadwal operasional tank Challenger 3.

Mengulik permasalah teknis yang lazim menjadi kendala utama dalam pembangunan sebuah tank, terkhusus lagi tank tempur utama modern, seringkali berkaitan dengan faktor-faktor seperti kompleksitas integrasi teknis yang ekstrem.

Seperti telah disinggung, Challenger 3 bukanlah MBT baru. Ini adalah proses modifikasi masif dari tank Challenger 2 yang sudah ada. Mengawinkan teknologi modern abad ke-21 dengan lambung yang lebih tua merupakan pekerjaan yang cukup menantang.

Asal usul Challenger 3 bermula dari upaya jangka panjang untuk memperpanjang masa pakai Challenger 2.

Pekerjaan awal dimulai pada tahun 2005 di bawah Program Pemeliharaan Kemampuan, tetapi penundaan pendanaan dan tantangan manajemen memperlambat kemajuan program.

Pada tahun 2014, inisiatif tersebut diorganisasi ulang sebagai Program Perpanjangan Masa Pakai Challenger 2. Program ini menghasilkan proposal yang bersaing antara BAE Systems dan Rheinmetall.

Setelah penggabungan ke dalam Rheinmetall BAE Systems Land (RBSL) pada tahun 2019, desain Rheinmetall yang lebih ambisius menjadi satu-satunya pilihan.

Peningkatan paling signifikan adalah pada penggantian meriam rifled L30A1 khas Inggris dengan meriam smoothbore L55A1 kaliber 120 mm standar NATO dari Rheinmetall.

Pergantian ini memerlukan perombakan total menara, termasuk sistem kontrol tembakan, penanganan amunisi, dan penstabilan.

Untuk memastikan sistem senjata baru berfungsi sempurna dalam lambung tank lama, tanpa bug atau kegagalan mekanis, memerlukan waktu yang substansial.

Hal lainnya, Challenger 3 akan dilengkapi dengan sistem perlindungan aktif (APS) mutakhir, yang kemungkinan besar adalah sistem Trophy buatan Israel.

Integrasi APS merupakan proses yang sangat kompleks. Sistem harus dapat mendeteksi ancaman rudal/roket yang datang, menghitung lintasan, dan menembakkan penangkis dalam hitungan milidetik.

Yang tidak kalah penting, sistem tersebut juga harus bisa memastikan agar sistem sensor tank lainnya tidak terganggu dan tidak membahayakan pasukan infanteri di sekitar tank.

Dengan menara baru, Challenger 3 menerima sistem sensor, komunikasi, dan kontrol digital yang sepenuhnya baru juga. Penundaan program bisa terkait masalah ini di mana sistem-sistem sensitif baru ini memerlukan penyesuaian dengan lingkungan barunya.

Sementara faktor-faktor lainnya, di luar masalah teknis, bisa dikarenanakan oleh terjadinya dinamika geopolitik yang kemudian memengaruhi rantai pasokan global.

Ada kalanya, komponen-komponen penting yang diperoleh secara impor mengalami penundaan manufaktur di produsen asalnya atau tertahan pengadaannya.

Tidak hanya pada pengembangan tank, masalah terkait rantai pasokan juga terjadi dalam pengembangan pesawat tempur.

Dengan ditundanya produksi tank Challenger 3, tentunya akan membawa implikasi signifikan terhadap kapabilitas operasional Angkatan Darat Inggris:

Dengan penundaan ini, artinya armada MBT Angkatan Darat Inggris masih akan mengandalkan Challenger 2 yang semakin tua untuk periode yang lebih lama.

Implikasi lainnya adalah tertundanya program interoperabilitas Challenger 3 dengan sistem NATO yang mengusung standar amunisi NATO 120 mm smoothbore.

London lebih memilih hasil yng lebih baik dan berupaya berkompromi dengan jadwal yang lebih lambat.

MoD mungkin akan menghadapi kritik atas penundaan ini, namun lebih yakin dengan hasil yang akan diperoleh setelah masalah-masalah teknis terselesaikan secara matang. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *