AIRSPACE REVIEW – Program pengembangan jet tempur supersonik domestik Korea Selatan, KF-21 Boramae, menunjukkan kemajuan terbaru yang signifikan. Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea mengumumkan jet tempur ini akan dilengkapi dengan kemampuan serangan udara ke darat (air-to-ground) mulai tahun 2027.
Ini adalah sebuah langkah strategis yang mengakselerasi program sekitar satu setengah tahun lebih cepat dari jadwal semula.
Untuk mewujudkan kemampuan tersebut, pemerintah Korea Selatan berencana menginvestasikan sekitar 700 miliar won (472 juta USD).
Dana tersebut akan digunakan untuk serangkaian uji coba yang melibatkan 10 jenis senjata udara ke darat yang berbeda. Pengujian akan dilaksanakan mulai tahun 2027 hingga akhir 2028.
Perusahaan mengatakan, integrasi senjata yang cepat dimungkinkan oleh arsitektur avionik KF-21 yang modern dan terbuka.
Kemampuan serangan darat KF-21 mencakup spektrum persenjataan presisi yang luas, mengubahnya dari pesawat yang awalnya berfokus pada superioritas udara (Block I) menjadi jet tempur multiperan yang tangguh (Block II).
DAPA tidak merinci sepuluh jenis senjata yang akan diintegrasikan pada KF-21. Namun, penelusuran dari sumber-sumber terbuka mengindikasikan bahwa senjata yang akan diintegrasikan mencakup amunisi berpemandu presisi, rudal serangan jarak jauh, dan rudal antikapal/rudal taktis.
Amunisi berpemandu presisi meliputi JDAM (Joint Direct Attack Munition), yakni bom konvensional yang dilengkapi kit panduan GPS/INS.
Kemudian, LJDAM (Laser JDAM), yaitu JDAM yang dilengkapi dengan panduan laser untuk target bergerak.
Selain itu ada SDB (Small Diameter Bomb), yaitu bom berpemandu presisi, berbobot ringan, dan berdiameter kecil seperti GBU-39/B (SDB I)
Dari dalam negeri, ada persenjataan KGGB (Korean GPS Guided Bomb), yakni amunisi berpandu presisi yang dikembangkan secara domestik.
Terakhir adalah bom konvensional Mk.80 Series, yang menjadi “bom wajib” pesawat tempur yang berafiliasi dengan Barat.
Sementara untuk rudal serangan jarak jauh (Stand-off Missiles), ada rudal Taurus KEPD 350, rudal jelajah jarak jauh yang terkenal dengan daya tembusnya terhadap bunker.
Lalu ada KALCM Cheonryong, yakni rudal jelajah udara ke darat jarak jauh yang dikembangkan Korea Selatan . Rudal ini secara khusus dari awal memang direncanakan untuk melengkapi KF-21 Block II.
Kemudian untuk rudal antikapal dan rudal taktis, terdapat rudal antikapal jarak menengah AGM-84 Harpoon dan rudal AGM-65 Maverick untuk target spesifik.
Korea juga sedang mengembangkan rudal antikapal hipersonik di dalam negeri.
Program jet temp[ur KF-21 Boramae diluncurkan pada tahun 2015 dengan Indonesia sebagai mitra pemodal pada tahap awal pengembangan.
Model produksi pertama KF-21 dijadwalkan memasuki tahap perakitan akhir pada Mei 2026.
Pencapaian ini menempatkan Korea Selatan dalam daftar eksklusif negara-negara yang mampu merancang dan memproduksi jet tempur supersonik generasi 4.5 mereka sendiri.
Beberapa sumber menyebut, sejumlah alasan yang mendasari percepatan integrasi persenjataan udara ke darat pada KF-21 tidak lepas dari pertimbangan Korea sendiri.
Hal ini akan memungkinkan proses sertifikasi dan produksi awal dilakukan lebih cepat dengan risiko teknis yang lebih rendah.
Akselerasi program ini juga dinilai sangat penting menjadikan KF-21 lebih menarik bagi calon pembeli internasional. Lazimnya, pesawat multiperan jauh lebih fleksibel dan diminati pasar.
Sebelum ini, sejumlah uji coba penembakan senjata udara ke udara telah dilakukan oleh prototipe jet tempur KF-21. Termasuk uji penembakan rudal MBDA Meteor pada bulan Mei 2024. (RNS)

