Jepang pertimbangkan nama F-3 Reppu untuk versi domestik jet tempur generasi keenam GCAP

GCAP Jepang - F-3 ReppuGCAP

AIRSPACE REVIEW – Kerja sama pertahanan trilateral antara Jepang, Inggris, dan Italia di bawah Global Combat Air Programme (GCAP) terus menunjukkan kemajuan pesat.

Setelah Kementerian Pertahanan Jepang mengonfirmasi program berjalan sesuai rencana, muncul indikasi kuat mengenai identitas domestik jet tempur masa depan Jepang, bernama F-3 Reppu.

Penamaan ini, dengan latar belakang sejarah militer yang kuat, menegaskan ambisi Tokyo untuk memiliki pesawat tempur generasi keenam yang tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga sarat dengan identitas nasional, meskipun dikembangkan dalam kolaborasi internasional.

Nama Reppu (Angin Kuat), di lingkungan pertahanan Jepang dipilih sebagai penghormatan yang signifikan terhadap sejarah penerbangan bangsa Matahari Terbit.

Nama tersebut dulunya merujuk pada Mitsubishi A7M Reppu, pesawat tempur Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II.

Dengan memilih nama legendaris tersebut, Jepang menggarisbawahi pentingnya proyek GCAP sebagai puncak kapabilitas kedirgantaraan nasional.

Sementara Inggris sejak awal telah menggunakan nama Tempest untuk versi GCAP mereka.

Penamaan yang berbeda ini mencerminkan kebutuhan operasional domestik masing-masing angkatan udara, meskipun pesawat inti yang dikembangkan adalah sama.

Sementara Italia hingga saat ini belum menentukan nama versi domestik untuk GCAP mereka.

Proyek GCAP menetapkan target operasional penuh pada tahun 2035. Target ini konsisten di ketiga negara konsorsium untuk memastikan waktu pensiun pesawat tempur yang akan digantikan.

Penerbangan perdana demonstrator teknologi (CAFD) dijadwalkan pada tahun 2027.

Penerbangan tersebut kemungkinan besar akan dilakukan di Inggris, dengan BAE Systems sebagai pelaksana utama, untuk memvalidasi solusi aerodinamika dan propulsi pesawat.

Biaya pengembangan GCAP diperkirakan mencapai sekitar £25 miliar (sekitar 30 miliar USD). Biaya ini dibagi rata di antara tiga negara konsorsium. Pembagian biaya yang setara menunjukkan komitmen penuh dari ketiga mitra.

Di Jepang, GCAP (F-3 Reppu) nantinya akan menggantikan peran armada Mitsubishi F-2 Viper Zero yang dioperasikan oleh JASDF.

Sementara di Inggris, GCAP (Tempest) akan menggantikan peran sebagian besar armada Eurofighter Typhoon awal yang dioperasikan oleh RAF.

Demikian juga di Italia, GCAP akan menggantikan peran jet tempur Eurofighter Typhoon yang dioperasikan oleh Aeronautica Militare.

Melampaui F-35 AS

Konsorsium mengklaim, GCAP melampaui jauh kemampuan F-35 AS. Dengan mengadopsi konsep “Sistem-dari-Sistem”, artinya F-3/Tempest/GCAP tidak akan beroperasi sendirian, melainkan terintegrasi dengan ekosistem tempur yang mencakup:

Platform nirawak (loyal wingman) akan dibuat sebagai sebagai sensor, umpan, dan platform senjata tambahan, bekerja erat dengan pesawat berawak.

GCAP juga akan dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memroses data dari sensor terdistribusi dan membantu pilot dalam pengambilan keputusan yang kompleks.

Kementerian Pertahanan Jepang secara spesifik telah meninjau peran operasional dan anggaran untuk drone Loyal Wingman bagi F-3 dalam Tahun Anggaran 2026.

Kerja sama GCAP diatur oleh struktur kelembagaan yang kuat, termasuk pembentukan GCAP International Government Organisation (GIGO) untuk pengawasannya.

Dengan target penerbangan demonstrator pada 2027 dan target operasional pada 2035, kolaborasi GCAP mewakili lompatan kuantum dalam teknologi pertahanan, menjanjikan dominasi udara bagi ketiga negara mitra di tengah dinamika geopolitik global. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *