Mengenal lebih jauh sistem pertahanan udara Buk-MB2K yang disebut-sebut akan dibeli Indonesia, dan proyeksi kebutuhan SAM jarak menengah

Buk-MB2KVia Telegram

AIRSPACE REVIEW – Informasi singkat yang beredar di media sosial menyebut Indonesia akan mengakuisisi sistem pertahanan udara Buk-MB2K. Sejauh ini belum ada klarifikasi dari pemerintah mengenai hal ini.

Terlepas dari informasi yang berkelindan di jagat maya tersebut, menarik untuk mencermati sistem pertahanan udara yang dikembangkan oleh Belarus ini dan kebutuhan minimal Indonesia akan sistem pertahanan udara permukaan ke udara (SAM).

Di Indo Defence 2024 Expo & Forum yang dilaksanakan pada 11-14 Juni 2025 di Jakarta, perusahaan asal Belarus, E-System Solutions, memamerkan model skala dari sistem rudal pertahanan udara Buk-MB2K.

Sistem pertahanan udara jarak menengah canggih ini ditawarkan kepada negara-negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Buk-MB2K, atau dikenal secara formal sebagai 9K37MB2K, adalah versi modernisasi dari sistem rudal pertahanan udara jarak menengah seri Buk yang awalnya dikembangkan pada era Uni Soviet dan kemudian dilanjutkan oleh Rusia. Buk-MB2K khusus dikembangkan oleh Belarus.

Buk-MB2K dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Belarus, OKB TSP. Sistem ini memiliki beberapa fitur penting yang membedakannya dari versi Buk sebelumnya, dan menandai upaya Belarus untuk menyediakan sistem pertahanan secara secara mandiri.

Nomenklatur Buk-MB2K mengandung pengertian di mana Buk merupakan nama asli sistem pertahanan udara era Soviet, sementara huruf M menandai modernisasi, B menandai Belarus, angka 2 menandai program modernisasi kedua, dan huruf K menandai sistem ini dipasang pada platform kendaraan beroda.

Jadi bila kita menemukan nomenklatur Buk-MB3K, itu adalah sistem pertahanan udara yang sama dari Belarus, namun telah menjalani modernisasi ketiga.

Sitem Buk-MB2K disebut telah menggunakan rudal buatan dalam negeri Belarus, yaitu 9M318. Rudal ini telah menjalani peningkatan dalam hal jangkauan tembaknya, yaitu 70 km dan ketinggian operasional hingga 25 km (82.000 kaki), yang menempatkannya sebagai SAM jarak menengah (Medium-Range Surface-to-Air Missile).

Setiap kendaraan peluncur membawa empat rudal permukaan ke udara 9M38MB dan 9M317, tetapi dioptimalkan untuk menggunakan rudal versi 9M318.

Perusahaan juga menyebutkan, sistem ini telah mendapat peningkatan dalam hal kemampuan untuk bertahan dari serangan rudal antiradar, yaitu melalui penambahan sistem deteksi elektro-optik yang baru.

Buk-MB2K dipasang pada sasis kendaraan beroda MAZ 8X8 bertenaga mesin diesel.

Satu kompleks Buk-MB2K umumnya terdiri dari unit-unit utama seperti Unit tembak swagerak (Self-Propelled Fire Unit) 9A310MB2K, Peluncur-pemuat dengan rudal cadangan 9A39MB2K, Pos komando untuk mengoordinasikan kontrol tembakan 9S470MB2K, dan Radar akuisisi jarak jauh 9S150MB.

Sistem Buk varian Belarus, termasuk Buk-MB2K, diklaim jauh lebih mudah dioperasikan dibandingkan varian Buk lawas.

Semua komponen tempur dilengkapi dengan workstation otomatis baru yang menampilkan layar LCD dan indikator serba digital. Ini meningkatkan kesadaran situasional operator dan mempercepat waktu reaksi.

Buk secara umum dikenal sangat efektif untuk menghancurkan berbagai ancaman udara, termasuk pesawat tempur, rudal balistik taktis, dan rudal jelajah pada ketinggian sedang hingga tinggi.

Para Pesaing Buk-MB2K

Di segmen pasar SAM jarak menengah, Buk-MB2K bersaing dengan produk-produk lainnya dari berbagai negara.

Yang paling dekat tentu saja adalah produk dari Rusia seperti Buk-M2 atau Buk-M3 (Viking) yang merupakan produk tercanggih Buk SAM Rusia, bahkan dibandingkan dengan Buk-MB2K Belarus.

Namun, untuk mengakuisisi sistem persenjataan dari Rusia, Indonesia masih dihantui sanksi CAATSA dari Amerika Serikat, yang sejauh ini menjadi kendala terbesar.

Buk-MB2K Belarus juga bersaing dengan produk SAM dari Barat, AS, Israel, dan China.

Dari China atau Tiongkok, ada HQ-16 (LY-80), yang standarnya justru dikembangkan dari SAM Rusia. Kemudian dari Israel kita mengenal ada SPYDER-MR.

Dari Eroba ada sejumlah sistem SAM yang kita kenal di kelas ini, seperti IRIS-T SLM dari Jerman, VL MICA dari Prancis, dan NASAMS dari Norwegia/AS. Kemdian dari Amerika Serikat ada Patriot PAC-3.

Kebutuhuan Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas dengan belasan ribu pulaunya, jelas membutuhkan sistem pertahanan udara yang mumpuni demi menjaga kedaulatan negara kesautan yang utuh.

Sistem pertahanan udara modern diarahkan untuk melindungan objek-objek vital nasional seperti pusat pemerintahan, pelabuhan, bandara, kilang minyak, instalasi militer strategis, dan objek strategis dan penting lainnya.

Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, termasuk yang membutuhkan sistem pertahanan udara yang kuat sebelum digunakan, jika Indonesia bersikap preventif terhadap beragam potensi ancaman. Namun bila Indonesia memandang tidak memerlukan hal ini, kapan pun IKN Nusantara bisa langsung digunakan oleh Presiden/Wapres dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya.

Jenis ancaman yang datang dari udara itu beragam, seperti pesawat tempur yang membawa persenjataan canggihnya, rudal jelajah, rudal balistik, hingga drone sebagai salah satu senjata modern yang merevolusi strategi pertahanan udara saat ini.

TNI Angkatan Udara, kita kenal menggunakan strategi sistem pertahanan udara berlapis (layered air defense), mulai dari sistem pertahanan udara titik, sistem pertahanan udara terminal, dan sistem pertahanan udara area.

Sistem pertahanan udara titik diemban oleh sistem persenjataan dengan kemampuan tembakan hingga jarak 18 km.

Kemudian sistem pertahanan udara terminal menggunakan SAM dengan kemampuan tembakan 18-100 km dan sistem pertahanan udara area menggunakan pengerahan pesawat tempur/pencegat.

Pertahanan Udara Terminal inilah yang membutuhkan sistem persenjataan Hanud (pertahanan udara) yang mampu menjangkau target dalam jarak 18-100 km alias SAM jarak menengah, terlepas dari apa nama produk dan berasal dari negara mana produsennya.

Airspace Review berpandangan, Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) membutuhkan minimal 2-3 resimen (sekitar 6-9 baterai) pertahanan udara untuk dapat membuat semacam No-Fly-Zone. IKN kurang lebih membutuhkan jumlah yang sama.

Kemudian kota-kota besar seperti Surabaya, Medan, Makassar, Balikpapan, serta kota-kota yang memiliki pusat energi/minyak membutuhkan kurang lebih 2-3 resimen juga.

Secara perkiraan kasar, pulau-pulau beasr di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua membutuhkan minimal 12-17 resimen atau 36-51 baterai pertahanan udara.

Kementerian Pertahanan RI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tentu memiliki jumlah standar minimal kebutuhan akan SAM jarak menengah ini.

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana Indonesia dapat merealisasiakn kebutuhan tersebut dan kapan akan terpenuhi. (RNS)

One Reply to “Mengenal lebih jauh sistem pertahanan udara Buk-MB2K yang disebut-sebut akan dibeli Indonesia, dan proyeksi kebutuhan SAM jarak menengah”

  1. Isu tersebut dari KERIS kan? Agak meragukan memang dari mana mereka dapat info A1 tersebut, karena terkait pengadaan 12 unit Mi-17 oleh Kemhan RI dari sumber yang sama sudah diklarifikasi bahwa itu belum tandatangan kontrak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *