AIRSPACE REVIEW – India semakin dekat untuk menandatangani kesepakatan ekspor rudal jelajah supersonik BrahMos ke Vietnam dan Indonesia. Secara kolektif, kedua kontrak akan bernilai lebih dari Rs 4.000 crore (450 juta USD), Times of India melaporkan pada 23 Desember 2025.
Rusia, pengembang bersama rudal BrahMos, telah meyakinkan India bahwa mereka tidak keberatan dengan penjualan senjata serang presisi tersebut ke Vietnam dan Indonesia, kata sumber pertahanan.
Dengan jaminan yang diberikan selama pertemuan tingkat delegasi antara Menteri Pertahanan Rajnath Singh dan mitranya dari Rusia, Andrei Belousov, pada 4 Desember, sertifikat tanpa keberatan resmi kini ditunggu dari Moskow.
“Baik Vietnam maupun Indonesia, setelah menyetujui kesepakatan awal, mungkin akan memesan lebih banyak lagi di masa mendatang,” ujar sebuah sumber.
Setelah kesepakatan ditandatangani, Vietnam dan Indonesia akan menjadi negara ASEAN lainnya, menyusul setelah Filipina yang membeli rudal BrahMos.
India telah menandatangani kontrak senilai 375 juta USD untuk memasok tiga baterai BrahMos antikapal ke Filipina pada Januari 2022.
“Manila juga kemungkinan akan memesan lebih banyak rudal BrahMos,” lanjut sumber tadi.
Filipina, Vietna, dan Indonesia memiliki kekhawatiran besar atas taktik keras dan ekspansionisme China di Laut Cina Selatan, dengan konfrontasi yang meningkat, terutama antara Manila dan Beijing, selama beberapa tahun terakhir.
India, di sisi lain, telah berhasil mengerahkan rudal BrahMos yang jangkauannya telah ditingkatkan menjadi 450 km dari semula 290 km.
Rudal ini dikerahkan dari jet tempur Su-30MKI untuk serangan terarah jauh ke Pakistan selama Operasi Sindoor pada bulan Mei lalu.
Selama bertahun-tahun, angkatan bersenjata India telah menandatangani kesepakatan senilai sekitar Rs 60.000 crore dengan perusahaan patungan India-Rusia, BrahMos Aerospace.
Rudal-rudal tersebut menjadi senjata serang presisi konvensional (non-nuklir) utama untuk Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Darat India.
India juga berencana untuk mulai menggunakan BrahMos baru dengan jangkauan 800 km mulai tahun 2028 dan seterusnya, dengan uji coba yang saat ini sedang berlangsung untuk rudal jarak jauh dengan mesin ramjet yang dimodifikasi dan peningkatan lainnya.
Selain rudal Brahmos, India ingin menjual sistem rudal pertahanan udara Akash buatan dalam negeri, yang dapat mencegat pesawat musuh, helikopter, drone, dan rudal jelajah subsonik pada jarak 25 km.
Kemudian sistem roket multi-peluncuran Pinaka juga telah diekspor India kepada negara-negara sahabat di kawasan maupun negara lainnya seperti UEA dan Brasil.
Meskipun India masih berada dalam posisi yang rentan secara strategis karena termasuk di antara tiga importir senjata terbesar di dunia, negara ini mengekspor berbagai macam senjata, amunisi, subsistem pertahanan, dan komponen, senilai hampir Rs 24.000 crore, ke sekitar 80 negara pada tahun fiskal 2024-2025.
Armenia adalah salah satu klien terbesar India untuk sistem senjata ‘jadi’ seperti sistem rudal pertahanan udara Akash, sistem roket Pinaka, dan meriam artileri 155 mm.
Modernisasi Persenjataan Bagi Indonesia
Akuisisi rudal BrahMos oleh Indonesia berpotensi meningkatkan lonjakan kualitatif pada kemampuan militer Indonesia, khususnya dalam pertahanan maritim.
Beredar informasi sebelumnya bawa rudal ini akan diakuisisi oleh Kementerian Pertahanan RI untuk digunakan oleh Korps Marinir TNI AL.
BrahMos adalah rudal jelajah supersonik yang sangat cepat dan memiliki kemampuan manuver yang sulit dicegat oleh sistem pertahanan rudal standar.
Kehadirannya rudal ini akan secara signifikan meningkatkan daya gentar Indonesia di Selat Malaka, Laut Natuna Utara, dan perairan strategis lainnya.
Rudal BrahMos memungkinkan Indonesia untuk menerapkan strategi A2/AD (Anti-Access/Area Denial), di mana musuh akan sulit atau berisiko tinggi untuk mendekati dan beroperasi di wilayah perairan Indonesia. (RNS)


“Setelah kesepakatan ditandatangani, Vietnam dan Indonesia akan menjadi negara ASEAN lainnya, menyusul setelah Filipina yang membeli rudal BrahMos.”
Kita? Bagaimana kabar kelanjutan rencana pengadaan rudal pertahanan pesisir serupa dari negeri tirai bambu yaitu CM-302 atau YJ-12E dari anggaran 9 miliar USD? 🤔
Dengan taktik hit & run lalu sembunyi, batere Brahmos pantai bikin Fujian dkk mikir2 kalou mau nyerang Natuna😁🚀
Saya malah mikir dipasang di KCR Indonesia, jangankan nyerang Natuna, masuk Natuna Utara aja biar mikir2