Navy

Rencana ‘gila’ Armada Emas Trump: AS akan bangun 25 kapal perang tercanggih kelas Trump untuk dominasi maritim dunia

AIRSPACE REVIEW – Presiden AS Donald Trump meluncurkan rencana militer dan industri ambisius baru, yaitu pembangunan serangkaian kapal perang supercanggih yang disebut “Armada Emas” (The Golden Fleet).

Inisiatif ini berpusat pada pembangunan hingga 25 kapal perang kelas Trump yang diklaim sebagai kapal tercanggih di dunia.

Langkah ini merupakan upaya untuk menegaskan kembali supremasi maritim Amerika Serikat secara global.

Inti dari rencana ekspansi besar-besaran ini adalah kapal kelas baru, yang akan dimulai dengan pembangunan USS Defiant (kelas Trump).

Mencermati deskripsi yang dijabarkan secara umum, kapal ini berpotensi diklasifikasikan sebagai Kapal Penjelajah (Cruiser) yang sangat besar.

Kapal ini diklaim terbesar dan akan berfungsi sebagai kapal utama (flagship) Angkatan Laut AS (US Navy).

Kapal-kapal tersebut, akan menjadi kapal perang berbobot 30-40.000 ton, melampaui kapal tempur permukaan terbesar yang beroperasi saat ini, termasuk kapal penjelajah tempur bertenaga nuklir kelas Kirov Angkatan Laut Rusia.

Sebuah rendering kapal utama, USS Defiant, menampilkan susunan radar SPY-6 yang besar, laser yang menembak target di luar pandangan, dan setidaknya 100 sel VLS, semuanya terpasang pada lambung yang sangat besar dalam sejarah.

Peran flagship ini secara tradisional dipegang oleh kapal yang lebih besar dan berkapasitas komando.

Trump menyatakan kapal-kapal tersebut akan jauh lebih kuat, 100 kali lipat, daripada kapal perang mana pun yang pernah dibangun.

Kekuatan superioritas ini berasal dari persenjataan mutakhir. Kapal ini dijanjikan untuk dilengkapi dengan senjata hipersonik yang sangat mematikan.

Pemasangan sistem senjata yang ekstensif ini tentunya memerlukan lambung kapal yang besar. Pembangunan kapal secara domestik, sekaligus dapat menciptakan ribuan lapangan kerja kerah biru.

Bagaimanapun, rencana total 25 unit pembangunan kapal perang kelas Trump memunculkan pertanyaan signifikan mengenai garis waktu pelaksanaannya.

Trump menyatakan bahwa kapal-kapal tersebut diharapkan akan beroperasi dalam dua setengah tahun (sekitar pertengahan tahun 2028). Namun, sumber Angkatan Laut AS menunjukkan perkiraan yang lebih hati-hati.

Laporan mengindikasikan bahwa tender untuk pengadaan lambung kapal pertama (USS Defiant) mungkin tidak akan diluncurkan hingga sekitar tahun 2030.

Pembangunan dan pengiriman seluruh 25 unit kapal perang raksasa ini jelas diperkirakan akan memakan waktu beberapa dekade setelah tahun 2030.

Dominasi di Lautan, Darat, Udara, dan Antariksa

Bila dicermati, rencana “Armada Emas Trump” tidaklah berdiri sendiri, melainkan mencerminkan visi strategis menyeluruh untuk dominasi global AS.

Di darat, ini tercermin melalui proyek Next-Generation Combat Vehicle (NGCV), yang merupakan program utama US Army untuk mengganti kendaraan tempur lama dengan platform yang sangat terintegrasi dengan kecerdasan buatan.

Di udara, proyek jet tempur generasi keenam AS akan diberi nama simbolis Boeing F-47, menandai Presiden AS ke-47.

Sementara di antariksa, ambisi ini sejajar dengan janji mengembalikan astronot AS ke Bulan pada 2028, dengan target pembangunan pangkalan permanen bertenaga nuklir di mulai tahun 2030.

Semua proyek ini menggambarkan fokus pada proyek raksasa, teknologi futuristik, dan prestise nasional di seluruh domain strategis.

Pengumuman Armada Emas oleh Trump muncul saat AS menghadapi tantangan serius dari China dalam kapasitas pembuatan kapal.

Angkatan Laut China sudah menjadi yang terbesar di dunia dalam hal jumlah kapal. Galangan kapal mereka telah menyerap lebih dari 60% pesanan dunia tahun ini. Kapasitas produksi massal China menjadi ancaman nyata terhadap kemampuan AS.

Sementara itu, AS menghadapi kekurangan kapal tempur permukaan kecil yang hanya sepertiga dari yang dibutuhkan.

Di sisi yang lain, fregat kelas Constellation, yang disetujui Trump sebelumnya, telah dibatalkan belum lama ini.

Angkatan Laut AS menyatakan bahwa pembatalan tersebut merupakan bagian dari pergeseran strategis untuk membangun armada lebih cepat dan memenuhi ancaman di masa depan dengan kapal yang dapat dikirimkan dalam jangka waktu yang lebih mendesak.

Pembatalan itu terjadi setelah menghabiskan sekitar 2 miliar USD karena penundaan dan pembengkakan biaya.

Rencana 25 kapal kelas Trump tentunya akan menguji batas kemampuan industri Amerika. Proyek ini adalah pertaruhan besar yang hasilnya akan menentukan kekuatan maritim AS di masa depan. (RNS)

Roni Sontani

Founder and Chief Editor of Airspace Review. Editor of Indonesian Air Force Magazine.

View Comments

  • terlambat bagi us karena tidak akan ada dana yg cukup buat pembangunan kapal sebanyak itu ditambah budaya molor waktu pengerjaan dan pembengkak an anggaran yg tidak terkendali jadi masalah utama,...

  • Saat constellation class berubah jd cancellation class dan diganti kapal sekelas opv karena alasan programnya terlalu lama dan terlalu mahal, eh ini malah mau bikin program baru utk kapal yg jauh lbh gede, jauh lbh rumit, dan jauh lbh mahal dalam tenggat waktu yg singkat. Bakalan seru nih komen netizen sana

  • "Kapal-kapal tersebut, akan menjadi kapal perang berbobot 30-40.000 ton, melampaui kapal tempur permukaan terbesar yang beroperasi saat ini, termasuk kapal penjelajah tempur bertenaga nuklir kelas Kirov Angkatan Laut Rusia."

    Bobot segitu sudah Battleship ini mah 😅 battleship ringan abad 21 gantiin kelas North Carolina dan South Dakota 😁

Recent Posts

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

51 minutes ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

3 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

3 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

3 hours ago

Drone hutan: Perang senyap di bawah kanopi pepohonan

Ukraina meluncurkan konsep drone penyergapan yang beroperasi semi-otonom dan mampu bertahan berhari-hari di pepohonan untuk…

8 hours ago

Fincantieri serahkan KRI Prabu Siliwangi-321: Duet PPA jadi ujung tombak terbaru TNI AL

AIRSPACE REVIEW – Fincantieri telah secara resmi menyerahkan Kapal Tempur Serbaguna (Multipurpose Combat Ship/MCS), atau…

11 hours ago