Mengetahui lebih jauh: Perbedaan utama Rafale B dan Rafale C selain jumlah kursi

Perbedaan utama Rafale B dan Rafale C TNI AU

AIRSPACE REVIEW – Program modernisasi alutsista TNI Angkatan Udara (TNI AU) melalui akuisisi 42 unit jet tempur Dassault Rafale oleh Kementerian Pertahanan RI semakin mendekati kenyataan ketika pesawat-pesawat tempur bersayap delta tersebut akan berdatangan ke Indonesia mulai awal tahun 2026.

Pesanan Rafale Indonesia mencakup dua varian utama, yaitu Rafale B berkursi ganda dan Rafale C yang berkursi tunggal.

Kemunculan foto-foto unit pertama, yaitu jet Rafale bernomor ekor T-0301 hingga T-0303 beberapa waktu lalu, dan kini kemunculan foto terbaru Rafale C T-0317, menegaskan kemajuan produksi pesawat ini oleh Dassault, sekaligus menyoroti perbedaan krusial kedua varian ini di luar perbedaan jumlah kursi.

Seringkali pembaca, terutama yang masih awam, bertanya apa perbedaan-perbedaan utama Rafale B dan Rafale C, Indonesia membeli berapa Rafale B dan Rafale C, kenapa yang ini lebih banyak dan yang itu lebih sedikit, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Pilot dan WSO atau Instruktur

Meskipun terlihat hampir identik dan berbagi arsitektur dasar, perbedaan antara Rafale B dan Rafale C tentunya memengaruhi peran operasional, struktural, dan strategis mereka dalam armada TNI AU nantinya.

Perbedaan yang paling terlihat dari kedua varian tersebut, tentu saja adalah jumlah kursinya. Rafale B adalah varian kursi ganda atau lebih tepatnya kursi tandem (depan-belakang).

Pesawat tipe ini umumnya dirancang untuk menampung Pilot di kursi depan dan seorang Operator Sistem Senjata (WSO) atau Instruktur di kursi belakang.

Sementara Rafale C adalah varian kursi tunggal yang hanya dioperasikan oleh satu pilot saja.

Secara struktural, perbedaan jumlah kokpit ini memengaruhi bobot kosong kedua pesawat. Rafale B harus menampung kokpit kedua, kursi lontar, panel kontrol, dan sistem pendukung tambahan, yang membuatnya sekitar 400 hingga 500 kg lebih berat daripada Rafale C.

Secara teoretis, bobot yang lebih ringan ini dapat memberikan Rafale C keunggulan yang sangat tipis dalam hal rasio dorong terhadap bobot (thrust-to-weight ratio) dalam konfigurasi tertentu, dan sedikit lebih unggul dalam laju pendakian atau jangkauan/endurance.

Perbedaan yang paling penting lainnya terletak pada peran misi dan efisiensi operasional.

Rafale B sangat dioptimalkan untuk pelatihan pilot transisi dan misi tempur yang sangat kompleks dan berintensitas tinggi.

Dalam misi tempur, WSO yang duduk di kursi belakang bertanggung jawab penuh untuk mengelola sistem sensor canggih, mengolah datalink yang masif, dan mengendalikan persenjataan jarak jauh.

Pembagian beban kerja ini sangat krusial untuk misi serangan maritim atau serangan darat jarak jauh yang memerlukan koordinasi data multi-sensor yang rumit.

Di sisi lain, Rafale C diposisikan sebagai pesawat tempur garis depan dan tulang punggung utama dalam peran superioritas udara dan multiperan harian.

Berkat filosofi desain Rafale yang memiliki tingkat otomatisasi kokpit yang sangat tinggi, satu pilot mampu mengelola semua aspek tempur secara efektif.

Dengan bobot yang lebih ringan dan biaya operasional yang sedikit lebih rendah, tentu saja Rafale C menjadi pilihan yang lebih efisien dan hemat biaya untuk misi-misi tempur rutin.

Tidak mengherankan apabila Rafale C dan menjadi varian yang paling banyak dipesan untuk TNI AU, yaitu 26 unit dibanding 16 Rafale B dari total 42 pesawat Rafale yang dibeli, mengacu pada sumber terbuka.

Avionik, Persenjataan, dan Peran Strategis

Meskipun terdapat perbedaan dalam jumlah awak, penting juga untuk dicatat bahwa Rafale B dan Rafale C memiliki arsitektur avionik dan sistem sensor yang identik.

Keduanya dilengkapi dengan Radar AESA RBE2 yang sangat canggih dan mengintegrasikan sepenuhnya Sistem Peperangan Elektronik SPECTRA.

Kedua varian Rafale ini dapat memanfaatkan sepenuhnya fitur Data FUSI yang menggabungkan data dari berbagai sensor untuk menghasilkan gambaran taktis tunggal yang utuh di layar pilot.

Tidak ada perbedaan signifikan dalam kemampuan membawa senjata. Baik Rafale B maupun Rafale C, keduanya dilengkapi dengan 14 tiang gantungan (hardpoints) eksternal yang memungkinkan pesawat membawa berbagai kombinasi amunisi canggih, termasuk rudal udara ke udara jarak jauh MBDA Meteor dan rudal jelajah serangan darat SCALP-EG.

Belum diketahui secara pasti, apakah pembelian jet tempur Rafale oleh Indonesia ini juga menyertakan rudal udara ke udara jarak jauh MBDA Meteor.

Dalam konteks strategi Minimum Essential Force (MEF) TNI AU, komposisi pesanan yang mengutamakan Rafale C terbilang strategis.

Sebanyak 26 unit Rafale C dapat difungsikan untuk membentuk kekuatan pemukul utama yang cepat dan responsif. Sementara 16 unit Rafale B tidak hanya berfungsi sebagai trainer tetapi juga sebagai pesawat lead atau komando yang memimpin formasi Rafale C.

Metode seperti itu telah biasa dilakukan oleh pesawat tempur TNI AU lainnya, termasuk jet tempur F-16 dari Amerika Serikat.

Dengan dua awak, Rafale B dapat secara efisien mengendalikan datalink dan taktik formasi yang lebih besar, memastikan sinergi maksimum antar unit dalam lingkungan tempur yang kompleks. (RNS)

One Reply to “Mengetahui lebih jauh: Perbedaan utama Rafale B dan Rafale C selain jumlah kursi”

  1. Secanggih apapun peswat tempur, tanpa rudal jarak jauh akan sulit memenangkan pertempuran udara, contoh nyata adalah duel udara pakiistan india baru2 ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *