AIRSPACE REVIEW – Angkatan Darat AS (US Army) mengumumkan pada 3 Desember 2025 bahwa Yuma Proving Ground di Arizona kini menjadi tempat uji coba Sistem Serangan Tempur Tak Berawak Berbiaya Rendah (LUCAS).
Drone serang satu arah ini awalnya dikembangkan untuk Korps Marinir AS (USMC), yang diproduksi oleh perusahaan SPEKTREWORKS.
Uji coba ini menandai pergeseran besar militer Paman Sam menuju drone jarak jauh yang terjangkau yang dapat mendukung operasi berintensitas tinggi melawan musuh setara atau seimbang.
Proyek ini merupakan respons langsung terhadap Shahed-136 Iran atau Geran-2 versi Rusia, sebuah drone kamikaze yang mengubah konfigurasi medan perang modern, terutama di Ukraina.
Gagasan utamanya sederhana namun mendesak, di mana militer Amerika Serikat membutuhkan senjata sekali pakai berbiaya rendah dan jarak jauh yang dapat dikerahkan dalam jumlah besar.
Drone LUCAS menampilkan konfigurasi sayap delta, bermesin piston model pusher, dengan panjang sekitar 3 m dan bentang sayap sekitar 2,4 m.
Daya tahan terbang drone di udara mencapai enam jam tergantung pada muatan, maksimal membawa 18 kg perlengkapan misi.
Drone memiliki ruang modular, memungkinkan awak untuk mengganti muatan peledak, paket sensor ISR, atau modul relai peperangan elektronik dan komunikasi.
Diklasifikasikan sebagai pesawat nirawak Grup 3, drone ini sesuai dengan konsep peluncuran dan pemulihan taktis yang sudah dikenal oleh unit Marinir dan Angkatan Darat AS.
Keberhasilan gemilang penggunaan drone Shahed-136/Geran-2 oleh pasukan Rusia di palagan Ukraina, telah mengilhami beberapa negara untuk mengembangkan drone serupa termasuk Amerika Serikat dan China, baik secara desain maupun spesifikasinya. (RBS)

