AIRSPACE REVIEW – Amerika Serikat telah mengerahkan sedikitnya enam jet tempur peperangan elektronik (EW) Boeing EA-18G Growler ke bekas Pangkalan Angkatan Laut Roosevelt Roads di Ceiba, Puerto Rico. Sedikitnya enam pesawat ini, hampir satu skadron penuh, telah terlihat di apron pangkalan tersebut, menurut laporan Reuters dan unggahan foto-foto yang memperkuat fakta tersebut di media sosial pada 10 Desember 2025.
Dengan penempatan ini, armada Growler kini telah menjadi bagian dari peningkatan kekuatan militer besar-besaran yang dilakukan oleh AS sejak Agustus 2025, sebagai bagian dari apa yang disebut Presiden AS Donald Trump sebagai konflik bersenjata melawan kartel narkoba.
Trump menuduh Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok teroris narkoba seperti Tren de Aragua dan Cartel de los Soles yang diduga membanjiri Amerika Serikat dengan narkoba mematikan. Trump menyebutnya sebagai pengedar narkoba terbesar di dunia.
Sejauh ini, AS dilaporkan telah melakukan 22 serangan dan menewaskan 87 orang di kapal-kapal yang diyakini membawa narkoba.
Menteri Perang AS. Pete Hegseth, menegaskan apa yang dilakukan oleh militer AS semata-mata adalah misi untuk membela Tanah Air (Amerika Serikat).
“Misi ini untuk membela Tanah Air kita, menyingkirkan teroris narkoba dari belahan bumi kita, dan mengamankan Tanah Air kita dari narkoba yang membunuh rakyat kita,” ujar Hegseth mengenai “Operasi Tombak Selatan” yang digelar AS.
Namun, Maduro menuduh pemerintahan Trump berupaya menggulingkan pemerintahannya dengan kedok perang melawan narkoba.
Selain itu, data narkotika dari Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan bahwa Venezuela bukanlah produsen atau pengekspor fentanil, opioid sintetis yang diproduksi di laboratorium, dan keterlibatannya dalam perdagangan kokain yang jauh kurang mematikan juga cukup kecil.
Sebelumnya, AS telah mengerahkan kapal induk USS Gerald R. Ford (CVN-78), jet tempur siluman F-35, beberapa kapal perang canggih, drone MQ-9 Reaper, dan lebih dari 15.000 prajurit ke kawasan Karibia.
Ini adalah kehadiran militer Amerika terbesar di Karibia sejak invasi Panama tahun 1989, dan sebagian besar terkonsentrasi di Puerto Riko, yang merupakan wilayah AS sebagai pusat transit. Selain di Puerto Riko, AS mengerahkan pasukannya ke Trinidad dan Tobago, serta perairan internasional di lepas pantai Venezuela.
Pengerahan jet tempur peperangan elektronik EA-18G Growler Angkatan Laut AS (US Navy) ke Puerto Riko dapat dimaknai lebih dari sekadar rotasi pesawat rutin. Ini adalah sinyal strategis yang keras dan jelas mengenai pergeseran fokus dan kesiapan militer AS di Karibia, khususnya dalam menghadapi ancaman terintegrasi modern.
Jet yang berfungsi sebagai ujung tombak perang elektronik (EW) modern ini akan memainkan peran taktis kunci guna memenangkan spektrum elektromagnetik.
Seperti diketahui, dalam konflik modern pertempuran udara tidak lagi hanya dimenangkan oleh kecepatan atau rudal, melainkan oleh penguasaan spektrum elektromagnetik (EMS). Di sinilah peran Growler menjadi sorotan utama.
Armada Growler dapat digunakan untuk melaksanakan misi SEAD (Suppression of Enemy Air Defenses), yang menjadi prasyarat penting sebelum serangan udara berskala besar dapat dilancarkan.
Dengan menggunakan sistem AN/ALQ-99 Tactical Jamming System (TJS), Growler dapat memancarkan energi frekuensi radio yang sangat kuat untuk mengacaukan, menipu, dan bahkan melumpuhkan radar pertahanan udara berbasis darat milik Venezuela.
Dengan membutakan sistem radar musuh, Growler akan menciptakan koridor penetrasi yang aman bagi jet tempur lain yang dikerahkan AS. Strategi ini sekaligus meningkatkan kemampuan bertahan hidup (survivability) dan efektivitas serangan AS.
Tidak seperti jet SEAD era sebelumnya seperti EF-111A Raven atau EA-6B Prowler yang seringkali hanya berfungsi sebagai pesawat pengacau, Growler memiliki kemampuan yang lebih dinamis. Pesawat ini dapat terbang bersama dan melindungi jet tempur penyerang seperti F-35 dengan menyediakan escort jamming langsung, dan memberikan perlindungan terhadap pesawat lain dari ancaman rudal yang diluncurkan oleh pesawat tempur musuh atau rudal darat ke udara.
Growler dapat membawa rudal udara ke udara AIM-120 AMRAAM dan rudal antiradiasi AGM-88 HARM/AARGM. Ini artinya EA-18G dapat menyerang sasaran radar yang berhasil dideteksi dan sekaligus mempertahankan diri.
Pengerahan Growler secara spesifik mengindikasikan bahwa AS mempersiapkan diri untuk skenario di mana musuh di kawasan tersebut mungkin telah memperoleh atau akan menggunakan sistem pertahanan udara Anti-Access/Area Denial (A2/AD) yang canggih.
Intelijen AS tentu telah memberikan data penting mengenai hal tersebut. Venezuela, yang memiliki hubungan militer erat dengan Rusia, diketahui memiliki sistem pertahanan udara buatan Rusia yang canggih, seperti S-300VM maupun Buk-M2E, yang dapat menimbulkan ancaman serius bagi operasi udara AS. Growler dikerahkan sebagai penangkal langsung terhadap sistem pertahanan udara seperti itu.
Kehadiran Growler memperkuat interoperabilitas di antara platform AS. Growler tentunya akan bekerja sama dengan jet siluman F-35 Lightning II yang telah lebih dulu disiagakan AS di Puerto Riko.
Growler akan memberikan lapisan perlindungan elektronik yang dapat menjaga kerahasiaan operasional F-35 sekaligus memastikan penetrasi yang aman jika F-35 beroperasi dalam lingkungan yang sangat padat elektronik sebelum melakukan serangannya.
Pengerahan armada EA-18G Growler ke Puerto Riko dapat dinilai sebagai langkah yang sangat terukur dan agresif dalam konteks strategi perang udara AS.
Dengan menempatkan aset EW canggih dalam jangkauan ancaman Venezuela, AS memperkuat posisinya dalam potensi konflik yang terus menguat.
Hal ini juga mencerminkan pemahaman bahwa AS tidak bisa lagi mengandalkan keunggulan jet tempur murni, melainkan harus mendominasi domain siber dan elektromagnetik untuk memenangkan konflik di era perang modern.
Pengerahan EA-18G Growler ke Puerto Riko bukan sekadar pamer kekuatan dan taktik menggertak, melainkan persiapan untuk operasi militer kompleks di mana kemampuan peperangan elektronik akan menjadi kunci untuk memastikan superioritas udara dan keselamatan aset AS di Karibia.
Lalu, apakah AS benar-benar akan melakukan serangan udara secara signifikan terhadap Venezuela? Biya iya, tapi bisa juga tidak. Kita tunggu saja perkembangannya.
Jika AS benar-benar melancarkan aksi militer, skenario yang paling mungkin tentunya adalah serangan pre-emptive terbatas atau gradual.
Serangan presisi terhadap aset-aset militer penting Venezuela bertujuan untuk meningkatkan tekanan, tanpa harus secara langsung menyerang jantung Caracas. (RNS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…
View Comments
"Trump menuduh Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok teroris narkoba seperti Tren de Aragua dan Cartel de los Soles yang diduga membanjiri Amerika Serikat dengan narkoba mematikan. Trump menyebutnya sebagai pengedar narkoba terbesar di dunia."
Jika dilihat dari berbagai sumber, kedua kelompok tersebut bukanlah pemasok volume utama yang menguasai pasar AS saat ini, keduanya memfasilitasi perdagangan kokain dan melakukan berbagai kejahatan lainnya di Amerika Selatan dan rute transit ke AS dan Eropa bukan mengendalikan pasar AS secara langsung seperti kartel Meksiko.
“Misi ini untuk membela Tanah Air kita, menyingkirkan teroris narkoba dari belahan bumi kita, dan mengamankan Tanah Air kita dari narkoba yang membunuh rakyat kita,” ujar Hegseth mengenai “Operasi Tombak Selatan” yang digelar AS.
Menurut Badan Penegakan Narkoba AS (DEA), Kartel Sinaloa dan Kartel Generasi Baru Jalisco (CJNG) justru secara luas dianggap lebih berbahaya dan ancaman langsung terhadap Amerika Serikat (AS) dan stabilitas regional secara keseluruhan. Kedua kartel Meksiko ini adalah produsen dan penyelundup fentanil, metamfetamin, kokain, dan heroin terbesar ke AS. Dengan memiliki jaringan logistik dan afiliasi di hampir 50 negara dan hampir di setiap negara bagian di AS, yang memungkinkan distribusi yang luas dan pencucian uang dalam skala besar.
"Jika AS benar-benar melancarkan aksi militer, skenario yang paling mungkin tentunya adalah serangan pre-emptive terbatas atau gradual."
Itu benar dan AS juga tidak akan mengambil resiko untuk melawan ancaman hibrida tersebut di kawasan Karibia dengan invasi yang mirip seperti ke Panama tahun 1989 lalu. Venezuela memiliki angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih terorganisir, serta potensi dukungan dari sekutu internasional seperti Rusia yang berarti invasi akan menjadi operasi yang jauh lebih besar dan kompleks dengan potensi korban yang jauh lebih tinggi tentu saja jauh lebih sulit dan menantang dibandingkan dengan invasi Panama
Om Maduro harus contoh perang Ukro, jangan pelit, pake duit minyak, segera borong 1000 drone laut kamikaze yg besar peledak 1 ton kayak Magura & Sea Baby, murah kok, serang kapal induk AS secara gerombolan malam hari, pasti ada yg strike, jangan kelamaan mikir, nanti keburu di serang AS pake F35😁🚀