AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara Bangladesh (BAF) telah mengambil keputusan untuk memilih jet tempur Eurofighter Typhoon dalam upaya memodernisasi armada tempurnya. Program ini dipastikan dengan penandatanganan surat pernyataan niat (LoI) dengan Leonardo dari Italia.
Dokumen tersebut diformalkan di Markas Besar BAF di Dhaka pada tanggal 9 Desember 2025. Penandatanganan dihadiri oleh Marsekal Angkatan Udara Hasan Mahmood Khan, Duta Besar Italia, dan perwakilan industri Eropa.
BAF berencana untuk mengganti armada pesawat tempur J-7 dan MiG-29 yang sudah tua dengan Typhoon. Pesawat ini telah dievaluasi oleh BAF selama kunjungan teknis ke Turin pada tahun 2025. Proses evaluasi dilakukan oleh pilot dan perwira BAF terhadap pesawat ISPA 6 yang dilengkapi dengan radar AESA Captor-E dan paket peningkatan P3Eb.
Leonardo, yang memegang 21% saham konsorsium Eurofighter, akan bertindak sebagai penyedia pesawat, termasuk proses akuisisi dan integrasi sistem, serta perakitan akhir di Italia.
Meskipun jumlah pesawat yang akan dibeli belum diumumkan secara resmi, sumber militer Bangladesh mengindikasikan bahwa Bangladesh akan mengakuisisi antara 10 hingga 16 pesawat.
Ketertarikan BAF pada Typhoon muncul bersamaan dengan kesepakatan yang sudah hampir rampung untuk pembelian 20 pesawat J-10CE buatan China, sebuah kontrak senilai lebih dari 2 miliar USD yang mencakup pelatihan dan dukungan logistik hingga pertengahan dekade berikutnya.
Jika kedua program tersebut berjalan lancar, Bangladesh dapat mengoperasikan armada gabungan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Asia, menyatukan kemampuan Eropa dan China untuk memperkuat pertahanan udara dan memperluas pencegahan regional.
Dengan diperkenalkannya Typhoon, Bangladesh akan menjadi operator pertama model tersebut di luar Eropa dan Timur Tengah.
Transisi ini juga membutuhkan investasi baru, karena persenjataan Barat tidak kompatibel dengan persenjataan yang saat ini digunakan pada pesawat BAF.
Ketertarikan pada Eurofighter menambah hubungan yang sudah terjalin antara Bangladesh dan Leonardo, yang memasok helikopter AW109, AW119, dan AW139, serta drone Falco.
Negara ini juga menggunakan radar KRONOS LAND, yang diperoleh pada tahun 2019, dan sensor maritim Seaspray 5000E yang dipasang pada pesawat patroli, memperkuat kehadiran industri Italia dalam program strategis negara tersebut.
Pemilihan Typhoon memperkuat posisi Bangladesh dalam lanskap Asia yang kompetitif, di mana negara-negara berupaya untuk mendiversifikasi pemasok dan memodernisasi pertahanan mereka dengan cepat. (RNS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…
View Comments
"Pesawat ini telah dievaluasi oleh BAF selama kunjungan teknis ke Turin pada tahun 2025. Proses evaluasi dilakukan oleh pilot dan perwira BAF terhadap pesawat ISPA 6 yang dilengkapi dengan radar AESA Captor-E dan paket peningkatan P3Eb."
Bangladesh banyak duitnya nih, jika dilihat konfigurasi spesifiknya (Captor-E dan P3Eb) sepertinya Eurofighter Typhoon Tranche 3A yang akan dibeli oleh Dhaka, mirip seperti Typhoon Tranche 3A milik Angkatan Udara Kuwait dan Qatar unit pertama yang dikirimkan dengan standar P3Eb, yang mencakup integrasi radar AESA Captor-E (Mk0 E-scan)