Drone

Ukraina memproduksi massal drone Octopus berharga murah untuk menangkal drone Geran-2 Rusia

AIRSPACE REVIEW – Ukraina telah memulai produksi serial drone antidrone bernama Octopus yang dikembangkan di dalam negeri. Drone ini dirancang untuk mencegat amunisi berkeliaran atau drone kamikaze Rusia, Geran-2.

Menteri Pertahanan Ukraina Denys Shmyhal mengumumkan perkembangan tersebut, dan menyatakan bahwa telah ditunjuk tiga produsen lokal. Sementara sebelas produsen lainnya sedang mempersiapkan jalur produksi mereka.

Shmyhal menggambarkan Octopus sebagai solusi buatan dalam negeri yang teruji dalam pertempuran, telah digunakan untuk mencegat drone Geran-2 (lisensi Shahed-136 Iran).

Octopus dirancang untuk mencegat drone terbang rendah yang beroperasi di malam hari dan di lingkungan tanpa GPS, kondisi yang mencerminkan bagaimana Geran-2 biasanya digunakan oleh pasukan Rusia.

Drone berdimensi kompak ini dikembangkan oleh perusahaan Ukraina Ukrspecsystems merupakan bagian dari NAUDI, yang menerima dukungan tambahan dari para spesialis dari Inggris.

Selain diproduksi di Ukraina, drone Octopus juga akan di kerjakan oleh divisi Ukrspecsystems UK yang berlokasi di Millendhall, Inggris timur.

Pemerintah Ukraina dan Inggris telah menandatangani perjanjian untuk memproduksi drone tersebut di bawah lisensi di fasilitas industri Inggris.

Disebutkan bahwa volume produksinya harus mencapai beberapa ribu unit per bulan, yang semuanya harus ditransfer kembali ke Ukraina.

Spesifikasi teknis dan kinerja Octopus sendiri masih dirahasiakan, termasuk sistem panduannya. Drone ini mengadopsi sayap X dengan di ujungnya terdapat motor listrik dengan baling-baling kecil.

Yang menarik, harga drone Octopus ini hanya 10 persen dari harga Geran-2 yang dibandrol sekitar 48.800 USD, atau sekitar Rp80 juta saja. (RBS)

Rangga Baswara Sawiyya

Born of an air force family in Abdulrachman Saleh AFB, Malang. Fascinated with weaponry, automotive and action figures since childhood. The first article about the plane was published in HAI teen magazine when was being high school student. Wrote several articles about weaponry for Pikiran Rakyat newspaper and became a freelancer for Angkasa and Commando magazines from 2008 to 2017. Then joined Airspace Review and being as contributor for Langit Biru magazine since 2017

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

4 hours ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

5 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

8 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

10 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

10 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

10 hours ago