AIRSPACE REVIEW – Seorang pilot tempur Ukraina memberikan testimoni langsung yang langka mengenai kinerja jet tempur Mirage 2000 yang dipasok Prancis. Dalam rekaman video yang dibagikan, ia menegaskan efektivitas pesawat ini dalam menghadapi aset udara Rusia.
Namun begutu, ia juga menggarisbawahi kebutuhan mendesak Ukraina akan amunisi jarak jauh dan ekspansi armada untuk meningkatkan serangan terhadap Rusia.
Pilot yang sebelumnya menerbangkan jet tempur Su-27 era Soviet tersebut menyoroti rudal Magic 2 yang digunakan Mirage.
Dikatakan bahwa tingkat keberhasilan rudal ini dalam menembak jatuh drone dan rudal musuh mencapai angka 98%, seperti diberitakan Defence Blog.
Pilot tersebut juga menceritakan bagaimana ia dan awak pesawat Ukraina lainnya menghadapi tekanan operasional yang konstan dari pasukan Rusia, termasuk serangan artileri langsung dan ancaman drone Shahed Rusia, sehingga memaksa mereka berpindah-pindah pangkalan.
Dalam perang melawan Rusia, pilot tersebut menekankan adanya keterbatasan operasional yang serius.
“Pesawat ini kekurangan senjata jarak jauh. Antara efisiensi dan biaya yang lebih rendah, sehingga kita dapat melawah sejumlah aset serangan udara musuh yang kita hadapi,” ujarnya.
Pernyataan tersebut menggarisbawahi tantangan utama Angkatan Udara Ukraina dalam menghadapi skala serangan udara Rusia yang masif.
“Diperlukan amunisi stand-off untuk mengurangi risiko bagi pilot,” tegasnya.
Ia mendesak mitra Barat untuk terus menyediakan bantuan persenjataan dan jet tempur kepada Ukraina.
Secara spesifik, ia menyambut baik peluang untuk bertransisi ke jet tempur yang lebih maju seperti Rafale, karena proses pelatihan ulang akan lebih cepat mengingat kemiripannya dengan Mirage.
Ia juga menyatakan kesiapan untuk mengoperasikan jet tempur Barat canggih lainnya, seperti F-35 atau Gripen.
Untuk rudal, pilot Ukraina menekankan bahwa Rafale dengan rudal Meteor akan memberikan kemampuan Beyond Visual Range (BVR) yang jauh lebih unggul dalam menghadapi pesawat tempur Rusia. (RNS)

