Benarkah India akan membeli Su-57 dan meminta untuk diubah menjadi versi berkursi tandem?

Su-57Istimewa

AIRSPACE REVIEW – Rusia di Dubai Airshow 2025 secara resmi mengonfirmasi telah menawarkan kepada India untuk transfer teknologi dan produksi penuh jet tempur Su-57E di India bila New Delhi membeli jet tempur generasi kelima ini.

Tim dari Rusia sebelumnya telah meninjau dan mengevaluasi fasilitas produksi jet tempur Su-30MKI di fasilitas Hindustan Aeronautics Limited (HAL) dan menyatakan bahwa sekitar 50 persen dari fasilitas yang dimiliki HAL dapat digunakan untuk memproduksi Su-57.

Penawaran Rusia ini telah membuka peluang bagi India –yang hingga saat ini belum memiliki jet tempur generasi kelima — untuk mendapatkan Su-57 guna mengimbangi kekuatan negara-negara tetangga yang menjadi seterunya.

Sejauh ini India belum menjawab apakah akan menerima atau menolak tawaran dari Moskow tersebut. Keputusannya diharapkan akan muncul dalam kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke India untuk bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada Desember mendatang.

Dua Kelompok Berbeda Pandangan

Seorang jurnalis pertahanan India mengatakan kepada Airspace Review di sela-sela pameran Dubai Airshow 2025, bahwa di dalam negeri India terdapat dua kelompok yang berbeda pandangan mengenai Su-57.

Kelompok pertama adalah yang setuju India mengakuisisi Su-57, dan kelompok kedua adalah yang menolak pembelian pesawat tersebut.

Dikatakan bahwa yang menolak mendasarkan setidaknya pada dua hal. Pertama, Rusia dianggap tidak akan memberikan teknologi-teknologi kunci sepenuhnya dari jet tempur generasi kelima Su-57 kepada India.

Kedua, dengan pembelian Su-57 maka pengembangan jet tempur generasi kelima India, yaitu AMCA (Advanced Medium Combat Aircraft), akan terhambat karena New Delhi lebih fokus pada akuisisi dan pengembangan Su-57.

Sementara pihak yang setuju untuk mengakuisisi Su-57, menilai bahwa India harus segera memiliki jet tempur generasi kelima, daripada menunggu pengembangan AMCA yang belum tahu kapan akan terwujud.

Rusia dinilai sebagai negara yang berniat melakukan transfer teknologi terkait jet tempur generasi kelima. Hal ini berbeda dengan Amerika Serikat yang mengunci rapat-rapat teknologi jet tempur F-35, dan kemugkinan tidak akan mengizinkan jet tempur ini diproduksi secara lokal di India.

Jurnalis India bahkan menyatakan bahwa India tidak akan pernah membeli jet tempur buatan Amerika Serikat karena banyaknya batasan-batasan yang diterapkan.

India pun telah secara resmi menyatakan tidak berniat untuk membeli F-35, yang dipromosikan AS di Aero India 2025 lalu, karena yang diinginkan India bukan hanya sekadar membeli, melainkan memproduksi di dalam negeri serta mendapatkan transfer teknologinya.

India telah menetapkan kebijakan yang jelas untuk membeli sistem pertahanan yang disertai dengan transfer teknologi tanpa batas (unrestricted) serta produksi lokal yang signifikan. Hal ini mirip dengan kesepakatan terkait produksi lokal Su-30MKI sebelumnya.

India ingin memastikan bahwa dengan membeli Su-57, mereka akan mendapatkan akses untuk memproduksi komponen-komponen penting secara lokal, termasuk mesin, radar AESA, teknologi low-signature (siluman), avionik, elemen AI, dan integrasi senjata India.

Perlu dicatat bahwa India sebelumnya telah menarik diri dari program bersama Fifth Generation Fighter Aircraft (FGFA), yang merupakan varian Su-57, pada tahun 2018.

Alasan utama penarikan diri saat itu adalah karena penolakan Rusia untuk berbagi kode sumber, yang penting untuk peningkatan mandiri di masa depan, serta kekhawatiran tentang kinerja siluman dan mesin pesawat saat itu.

Tergantung Kesepakatan

Jika saja Rusia saat ini berniat memberikan teknologi kunci Su-57 kepada India, maka besar kemungkinan New Delhi akan mengakuisisi Su-57 yang kesepakatannya akan disampaikan dalam kunjungan Presiden Putin ke New Delhi pada bulan Desember mendatang.

Namun bagi Rusia sendiri, Airspace Review berpandangan bahwa Moskow akan memberikan transfer teknologi penuh, termasuk teknologi kunci jet tempur generasi kelima Su-57, apabila New Delhi membeli Su-57 dalam jumlah yang sangat banyak, mungkin di atas 100 unit.

Sementara apabila membeli dalam jumlah untuk satu atau dua skadron saja, yaitu hingga 50 unit, rasanya sulit bagi Rusia untuk memberikan semua teknologi Su-57 kepada India.

Kesepatakan kedua belah pihak, India dan Rusia, tentunya akan tercapai pada batas-batas yang tidak merugikan Rusia sebagai pihak penjual, tetapi juga dapat memberikan keuntungan bagi India.

Bagi Rusia, ekspor Su-57 ke India, di tengah restriksi sanksi yang secara gencar diterapkan Amerika Serikat, merupakan peluang tersendiri. Sejauh ini, Rusia mengalami kesulitan untuk menjual produk-produk pertahanannya kepada negara-negara peminat.

Versi tandem Su-57D?

Masih terakit dengan penawaran Rusia kepada India untuk memproduksi Su-57 secara lokal, muncul pemberitaan di Telegram yang menyebut bahwa India juga menginginkan Su-57 versi tandem yang akan diberi tambahan indeks “D” atau Su-57D.

Hal ini diungkap seorang pensiunan pilot militer, penulis di kanal Telegram Fighterbomber.

Ia menambahkan bahwa dalam versi dua tempat duduk tandem, pesawat akan menerima kontrol ganda.

Roman Gusarov, pemimpin redaksi portal Avia.ru, menjelaskan kepada Perviy Technicheskiy bahwa bagi Rusia, lokalisasi produksi Su-57 di India akan menjadi kesepakatan yang menguntungkan.

Berkat kerja sama ini, Rusia akan dapat meningkatkan produksi komponen untuk pesawat tempur tersebut.

Duta Besar Rusia untuk New Delhi, Denis Alipov, sebelumnya mengonfirmasi bahwa produksi berlisensi Su-57 direncanakan akan dimulai di India.

Sementara terkait teknologi Su-57, Wakil Perdana Menteri Pertama Rusia Denis Manturov mengonfirmasi bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) akan diterapkan pada Su-57.

Menurutnya, mustahil bagi seorang pilot untuk membuat keputusan tentang penerbangan dan penggunaan senjata.

Sumber lain menyebut, wacana mengenai Su-57 versi tandem, hanya sebatas diskusi di kalangan Angkatan Udara India (IAF) yang lebih menyukai jet tempur berkursi tandem.

Selain bisa digunakan untuk mempercepat pelatihan pilot, dengan menggunakan jet tempur berkursi tandem maka pilot bisa berbagi tugas dengan operator sistem/senjata (WSO).

Pilot bisa lebih fokus pada penerbangan dan pertempuran udara jarak dekat, sementara WSO akan mengelola radar, sensor, dan senjata kompleks, terutama untuk misi serangan darat dan laut jarak jauh atau penggunaan senjata canggih. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *