AIRSPACE REVIEW – Kunjungan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, bertepatan dengan pelaksanaan Dubai Airshow 2025, telah menghasilkan komitmen politik untuk membangun kerja sama strategis yang mencakup pengembangan, produksi lokal, dan ekspor bersama beberapa sistem senjata utama.
Disebutkan, kerja sama ini dapat membuka kontrak senilai lebih dari 15 miliar USD bagi perusahaan-perusahaan pertahanan asal Korea Selatan.
Salah satu di antaranya, Seoul menawari Abu Dhabi untuk merakit badan pesawat tempur canggih KAI KF-21 Boramae di Uni Emirat Arab (UEA).
Termasuk dalam hal ini, kemudahan mengintegrasikan subsistem Emirati atau EDGE Group, dan memasarkan KF-21 secara bersama-sama di Timur Tengah dan Afrika.
Peluang ini tidak hanya memungkinkan UEA untuk memiliki KF-21, tetapi juga dapat mendatangkan aliran pendapatan jangka panjang untuk pemeliharaan, peningkatan, dan ekspor di kawasan di mana permintaan jet cepat non-AS dan non-Rusia sedang meningkat secara diam-diam.
KF-21 berada di jajaran atas spektrum generasi 4,5, dengan tujuan mengungguli pesawat tempur seperti F-16V, Rafale, Typhoon, dan MiG-35, namun tetap lebih murah dibandingkan desain generasi kelima seperti F-35A.
Pesawat dengan berat lepas landas maksimum (MTOW) 25,4 ton ini ditenagai mesin turbofan ganda GE F414 buatan Amerika Serikat. Dengan mesin ini pesawat bisa mencapai kecepatan tertinggi mendekati 1,9 Mach .
KF-21 telah mengusung radar AESA (active electronically scanned array) yang dikembangkan di dalam negeri oleh Hanwha Systems. Jangkauan radar mencapai 150 hingga 200 km terhadap target.
Rangkaian sensor ini dilengkapi dengan sistem pencarian dan pelacakan inframerah, paket peperangan elektronik terintegrasi, dan tautan data modern, serta avionik berarsitektur terbuka yang dirancang untuk mendukung fusi sensor di masa mendatang.
Dalam hal persenjataan, KF-21 dapat membawa rudal jarak jauh Meteor atau AIM-120, rudal jarak pendek tipe IRIS-T atau Sidewinder, JDAM dan bom berpemandu lainnya, rudal jelajah jarak jauh, dan senjata antikapal untuk serangan maritim.
Bagi UEA, yang telah mengoperasikan armada F-16E/F Block 60 dan Mirage 2000-9, kehadiran KF-21 akan menghadirkan platform multiperan yang dapat diintegrasikan dengan stok amunisi Barat yang ada sekaligus memberi Abu Dhabi peluang untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negerinya.
Proposal Korea Selatan muncul di tengah kekosongan yang ditinggalkan oleh batalnya akusisi Lockheed Martin F-35A dari Amerika Serikat.
Abu Dhabi telah menangguhkan negosiasi paket F-35A dan drone canggih senilai 23 miliar USD pada tahun 2021, setelah Washington mengaitkan penjualan tersebut dengan pembatasan peralatan Huawei dan kekhawatiran yang lebih luas atas hubungan teknologi UEA dengan China. (RBS)


“Proposal Korea Selatan muncul di tengah kekosongan yang ditinggalkan oleh batalnya akusisi Lockheed Martin F-35A dari Amerika Serikat.”
Opsi yang bisa dipertimbangkan Abu Dhabi setelah batalnya F-35A beberapa tahun lalu, KF-21 Block 3 yang direncanakan menjadi penempur generasi 5 adalah kandidat potensial dan ‘ancaman’ bagi penawaran Su-57E yang sudah tampil perform di kedua perhelatan bergensi 👍
Sebenarnya ini tanda kalau Indonesia tidak masuk dalam peran strategis KFX, sebenarnya saya berharap Indonesia kebagian supply globalnya, misalnya masuk sebagai pembuat sayap pesawat atau komponen lainnya.
Beberapa informasi yang di dapat Indonesia tidak dapat transfer of technology nya jadi Indonesia ogah2 an untuk serius di KF-21 makanya beralih ke pesawat Gen 5 Turki