Armored Vehicle

Myanmar terima tiga helikopter Mi-38 dari Rusia, menjadi pengguna asing kedua setelah Zimbabwe

AIRSPACE REVIEW – Angkatan Bersenjata Myanmar telah menerima tiga helikopter angkut baru Mi-38 dari Rusia, termasuk juga dua pesawat angkut serbaguna Y-8 F200W dari China.

Upacara penerimaan dilaksanakan pada 7 November 2025 di Pangkalan Udara Naypyitaw, dihadiri oleh Presiden Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing.

Angkatan Udara Myanmar tercatat menjadi pengguna asing kedua Mi-38, sedangkan operator pertama adalah Zimbabwe yang mengoperasikan satu unit versi VIP sejak Juli 2023.

Mengenai Mi-38, merupakan helikopter angkut serbaguna baru Rusia yang dirancang Biro Desain Mil Mi dan manufakturnya dikerjakan oleh pabrik Kazan Helicopters.

Awalnya Mi-38 ditujukan sebagai pengganti helikopter keluarga Mi-8 dan Mi-17. Prototipe pertamanya sukses terbang perdana pada 22 Desember 2003 dan disertifikasi pada 30 Desember 2015.

Sertifikasi tersebut didasarkan pada prototipe uji terbang ketiga dan keempat yang menggunakan mesin produksi lokal Klimov TV7-117V berdaya 1.900 kW (2.500 shp).

Prototipe pertama dan kedua ditenagai oleh mesin turboshaft Pratt & Whitney Canada PW127/TS.

Pada bulan Juli 2017, kontrak untuk pengiriman dua seri pertama Mi-38 ke Kementerian Pertahanan Rusia ditandatangani. Selanjutnya pabrik Kazan Helicopters meluncurkan produksi serial Mi-38 pada 10 Januari 2018.

Secara total, Kementerian Pertahanan Rusia membeli sekitar 15 helikopter Mi-38 hingga tahun 2020.

Produksi masal Mi-38 sempat terkendala akibat sanksi Barat setelah penyerangan Rusia terhadap Ukraina pada Februari 2022, yang menyebabkan industri Rusia tak lagi bisa menggunakan komponen asing.

Varian Mi-38 yang diekspor ke Myanmar telah sepenuhnya menggunakan komponen yang diproduksi di dalam negeri Rusia.

Mi-38 diawaki dua pilot dan dapat menampung 30 personel pasukan. Muatan internalnya hingga 6.000 kg sedangkan muatan eksternal mencapai 7.000 kg

Mi-38 dapat mencapai kecepatan maksimum 300 km/jam, ketinggian terbang hingga 6.100 m, ketinggian melayang di tempat (hovering) hingga 3.100 m, dan jangkauan operasi sejauh 850 km. (RBS)

Rangga Baswara Sawiyya

Born of an air force family in Abdulrachman Saleh AFB, Malang. Fascinated with weaponry, automotive and action figures since childhood. The first article about the plane was published in HAI teen magazine when was being high school student. Wrote several articles about weaponry for Pikiran Rakyat newspaper and became a freelancer for Angkasa and Commando magazines from 2008 to 2017. Then joined Airspace Review and being as contributor for Langit Biru magazine since 2017

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

46 minutes ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

2 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

5 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

7 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

7 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

7 hours ago