AIRSPACE REVIEW – Rusia telah memulai produksi sistem rudal balistik jarak menengah (IRBM) Oreshnik. Hal ini ditegaskan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam upacara penghargaan kepada pengembang sistem Burevestnik dan Poseidon di Kremlin beberapa hari lalu.
Pakar militer di Institut Hukum dan Keamanan Nasional di Akademi Kepresidenan Rusia untuk Ekonomi Nasional dan Administrasi Publik (RANEPA), Alexander Stepanov, mengatakan Rusia akan dapat memasok sistem Oreshnik kepada negara-negara sekutu setelah produksi massal rudal tersebut berjalan lancar.
Dalam wawancara dengan TASS, Stepanov menyoroti kemampuan industri pertahanan Rusia, dengan menyebut bahwa industri Rusia dapat memproduksi hingga 25 rudal balistik hipersonik Oreshnik per bulan.
Kapasitas tersebut memungkinkan Angkatan Bersenjata Rusia untuk mengoperasikan sekitar 300 sistem rudal Oreshnik setiap tahunnya.
Meski demikian, ia menekankan bahwa angka-angka yang dia sebutkan ini bukanlah batas yang pasti.
“Saya tidak akan membatasinya pada angka itu. Jika perlu, produksi dapat ditingkatkan untuk memasok batch ekspor tambahan kepada mitra asing utama kami,” lanjutnya.
Stepanov juga menyampaikan bahwa cadangan plutonium Rusia cukup besar untuk melengkapi ribuan sistem Oreshnik.
Ia membandingkan hal itu dengan Amerika Serikat, yang memiliki sekitar 90 ton plutonium tingkat senjata, sementara Rusia memiliki sekitar 128 ton.
“Mengibarkan bendera nuklir Rusia di berbagai benua dapat membuat Barat berpikir dua kali untuk memulai eskalasi,” sorot dia.
Lebih lanjut dikatakan, kemampuan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pencegah strategis tetapi juga sebagai alat diplomatik yang dapat diperluas kepada mitra dan sekutu asing Rusia.
Stepanov menyerukan penyesuaian terhadap perjanjian dan kerangka hukum yang ada untuk memfasilitasi penyebaran sistem ini di wilayah yang membutuhkan perhatian lebih tinggi, sehingga menjaga kedaulatan dan integritas teritorial. (RNS)

