Drone

Ukraina modifikasi pesawat ultralight menjadi pengebom tanpa awak yang membawa bom OFAB-100/250

AIRSPACE REVIEW – Sebuah unit militer Ukraina dari Resimen Sistem Tak Berawak ke-14 telah memodifikasi pesawat ultralight menjadi pesawat pengebom tanpa awak jarak jauh.

Kelompok bernama “Horynych” itu dikabarkan telah melaksanakan 102 misi, 78 di antaranya berhasil menargetkan lokasi militer dan industri Rusia.

Pesawat ultralight dimodifikasi dilengkapi dengan tiga gantungan senjata di bawah badannya.

Senjata utamanya berupa bom daya ledak tinggi OFAB-100/120 rancangan Uni Soviet, sementara dua lainnya adalah mortir 120 mm.

Bom OFAB-100/120 awalnya digunakan pada pesawat tempur/serang seperti Su-17, Su-24, Su-25, dan MiG-29.

OFAB-100/120 membawa sekitar 40 kg bahan peledak dan mampu menyerang target seperti fasilitas industri dan militer.

Pesawat ultralight tersebut juga dapat dipasangi bom OFAB-250 yang lebih besar dengan sekitar 100 kg bahan peledak yang destruktifnya lebih tinggi.

Setelah melepaskan muatannya, pesawat tersebut sendiri menjadi senjata tahap akhir, menukik ke target dan melakukan serangan kamikaze.

Horynych mengatakan telah menyerang pabrik dan depo bahan bakar Rusia. Kerusakan yang ditimbulkan ditaksir 3 hingga 5 miliar USD.

Tim penyerang jarak jauh beroperasi hampir sepenuhnya secara rahasia. Jumlah spesifik pesawat ultralight yang beroperasi juga tidak diungkapkan.

Pembom nirawak ini diproduksi secara massal menggunakan kit pesawat E-300 SkyRanger, yang tersedia secara komersial, kemudian dimodifikasi menjadi drone di fasilitas yang dirahasiakan di Ukraina.

Pesawat dirancang untuk terbang jarak jauh di ketinggian rendah, menghindari deteksi radar sebelum menyerang target industri militer di seluruh Rusia.

Menghadapi Rusia, Ukraina terus mengembangkan taktik pertempuran udara asimetris, menggunakan teknologi sipil berbiaya rendah dan adaptif untuk mencapai efek strategis jauh di belakang garis musuh.

Meskipun pesawat ultralight ini tampak sederhana, konfigurasi muatan dan kemampuan terbang otonomnya menjadikannya alat yang semakin efektif dalam kampanye serangan jarak jauh. (RBS)

Rangga Baswara Sawiyya

Born of an air force family in Abdulrachman Saleh AFB, Malang. Fascinated with weaponry, automotive and action figures since childhood. The first article about the plane was published in HAI teen magazine when was being high school student. Wrote several articles about weaponry for Pikiran Rakyat newspaper and became a freelancer for Angkasa and Commando magazines from 2008 to 2017. Then joined Airspace Review and being as contributor for Langit Biru magazine since 2017

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

3 hours ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

4 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

7 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

9 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

9 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

9 hours ago