AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara AS (USAF) mengerahkan dua pesawat pengebom strategis jarak jauh B-1B Lancer untuk melaksanakan misi di atas Laut Karibia di tengah meningkatnya ketegangan dengan Venezuela.
Pengerahan B-1B Lancer merupakan pengerahan pesawat pengebom strategis kedua kali dalam seminggu terakhir.
Pesawat tersebut lepas landas pada hari Kamis dari Pangkalan Angkatan Udara Dyess di Texas dan terbang di wilayah udara internasional.
Data pelacakan penerbangan dan rekaman publik komunikasi kontrol lalu lintas udara menunjukkan pergerakan intens pesawat militer AS di atas Karibia, dekat Venezuela, selama periode yang sama.
Di antara pesawat yang teridentifikasi adalah pesawat tanker pengisian bahan bakar KC-135 dan sebuah pesawat intelijen, pengawasan, dan pengintaian RC-135.
Belum diketahui versi RC-135 mana yang beroperasi di wilayah tersebut, meskipun varian RC-135V/W Rivet Joint sebelumnya telah tercatat di wilayah yang sama, melakukan misi pengumpulan data elektronik dan pemantauan sinyal.
Misi ini merupakan kelanjutan dari operasi serupa sebelumnya, ketika tiga pesawat pengebom B-52 berangkat dari Louisiana dan melakukan operasi sekitar 90 mil di utara pantai Venezuela.
Kedua misi tersebut secara resmi disebut oleh USAF sebagai latihan tempur.
Kehadiran aset militer AS yang semakin meningkat di Karibia mencakup sekitar 10.000 tentara, delapan kapal Angkatan Laut AS (US Navy), 10 jet tempur F-35 yang ditempatkan di Puerto Riko, dan pesawat pengintai seperti drone MQ-9 Reaper.
Operasi-operasi ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk memerangi perdagangan narkoba di kawasan tersebut.
Sejak September, AS telah melancarkan setidaknya sembilan serangan udara terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat dalam perdagangan narkoba.
Tindakan-tindakan ini telah mengakibatkan kematian setidaknya 37 orang, termasuk anggota kelompok-kelompok seperti Tren de Aragua dan Tentara Pembebasan Nasional (ELN).
Dua serangan terakhir terhadap kapal-kapal tersebut terjadi di Pasifik, dekat pantai Kolombia. Pemerintah Kolombia mengutuk serangan-serangan tersebut, menyebutnya sebagai “pembunuhan di luar hukum”.
Venezuela, di sisi lain, mengecam operasi tersebut sebagai provokatif dan memperingatkan kemungkinan konsekuensinya.
Meningkatnya kehadiran militer AS di kawasan tersebut telah memicu ketegangan diplomatik dan menimbulkan pertanyaan tentang legalitas dan efektivitas tindakan tersebut. (RNS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…
View Comments
"Misi ini merupakan kelanjutan dari operasi serupa sebelumnya, ketika tiga pesawat pengebom B-52 berangkat dari Louisiana dan melakukan operasi sekitar 90 mil di utara pantai Venezuela."
Kemarin B-52H dikawal F-35B, ini B-1B dibiarin jalan sendiri tanpa pengawalan jet tempur? 🤔