AIRSPACE REVIEW – Pemerintahan Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu menjatuhkan sanksi kepada dua perusahaan minyak terbesar Rusia. Washington mendesak Moskow untuk segera menyetujui gencatan senjata dan mengakhiri perang dengan Ukraina.
Sebelumnya, Trump telah memberi sinyal selama berminggu-minggu bahwa ia dapat menjatuhkan hukuman terhadap Rusia bila perang tak disudahi.
Pengumuman sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia muncul setelah Trump menyatakan membatalkan pertemuan yang telah digagasnya dengan Putin. Trump berdalih pertemuan ini tidak akan sampai pada titik yang diharapkan.
Dalam sambutannya di Ruang Oval, Trump menegaskan bahwa ia merasa kini waktunya untuk menjatuhkan sanksi tambahan kepada Rusia. Ia mengaku telah lama menunggu lama kesepakatan damai Rusia-Ukraina.
Meski demikian, Trump menyakini sanksi ini tidak akan berlangsung lama karena perang akan segera diakhiri.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan sanksi terhadap Rusia ini untuk menghentikan pembunuhan dan untuk gencatan senjata segera.
“Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, Departemen Keuangan memberikan sanksi kepada dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang mendanai mesin perang Kremlin,” ujarnya.
Trump dan Putin sebelumnya melakukan pertemuan pertama di Anchorage, Alaska, pada 15 Agustus 2025. Dan sekarang, pertemuan kedua yang digagas telah pupus.
Bessent menambahkan, Departemen Keuangan AS siap mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Trump mengakhiri perang lainnya.
Sanksi tersebut menghantam Rosneft dan Lukoil serta hampir tiga lusin anak perusahaan mereka.
Inggris menargetkan kedua perusahaan minyak Rusia tersebut minggu lalu, dan Uni Eropa secara resmi mengadopsi paket sanksi lainnya, termasuk larangan impor gas alam cair Rusia, pada Kamis pagi.
Utusan sanksi Uni Eropa, David O’Sullivan, akan bertemu dengan pejabat tinggi Departemen Keuangan, John Hurley, pada hari Kamis, kata seorang juru bicara Departemen Keuangan kepada CNN.
Duta Besar Ukraina untuk AS, Olga Stefanishyna, memuji pengumuman hari Rabu, yang menurutnya muncul setelah berbagai upaya untuk memberi Rusia kesempatan memulai negosiasi nyata guna mengakhiri perang.
“Keputusan ini sepenuhnya sejalan dengan posisi Ukraina yang konsisten: perdamaian hanya mungkin dicapai melalui kekuatan dan tekanan terhadap agresor dengan menggunakan semua instrumen internasional yang tersedia,” ujar Stefanishyna dalam unggahan di X.
Ukraina telah menyerukan peningkatan tekanan terhadap Moskow seiring berkecamuknya perang.
Upaya diplomatik untuk mengakhiri perang telah terhenti dan Rusia telah menolak gagasan untuk membekukan konflik demi negosiasi.
Trump mengatakan pekan lalu bahwa ia bermaksud bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Budapest. Namun, Trump mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu bahwa ia telah membatalkan pertemuan puncak yang diantisipasi tersebut.
Trump sebelumnya ragu-ragu untuk menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.
Ketika ditanya di G7 pada Juni lalu mengapa tidak menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, Trump menjawab bahwa bila ia menjatuhkan sanksi kepada suatu negara, maka AS menanggung akibatnya. (RNS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…