AIRSPACE REVIEW – Informasi terbatas beredar belakangan ini di mana Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI disebut akan membeli sejumlah pesawat pelatihan PC-9 bekas untuk mendukung pendikan pilot TNI Angkatan Udara.
Pembelian pesawat tersebut didorong oleh kebutuhan akan pilot TNI AU dalam jumlah yang banyak setelah Kemhan RI melakukan pembelian berbagai pesawat (khususnya pesawat tempur) dalam jumlah yang banyak pula.
PC-9 adalah pesawat latih militer bermesin turboprop tunggal produksi Pilatus Aircraft dari Swiss. Pesawat ini berkapasitas dua kursi tandem untuk instruktur dan siswa pilot.
Produksi PC-9 telah dihentikan oleh Pilatus yang kemudian memproduksi versi yang lebih modern, yaitu PC-21.
Dapat dipastikan, bila Indonesia akan membeli pesawat PC-9, maka yang tersedia di pasaran adalah pesawat bekas pakai angkatan udara negara lain.
Dibandingkan dengan versi terdahulunya, yaitu PC-7, PC-9 terbilang lebih bertenaga dan telah banyak digunakan oleh berbagai angkatan udara di seluruh dunia untuk pelatihan pilot dasar hingga lanjutan.
Pesawat ini ditenagai oleh mesin turboprop Pratt & Whitney PT6A-62 yang menghasilkan tenaga 950 hp.
PC-9 terbang dengan kecepatan maksimum 593 km/jam (320 knot) dan ketinggian terbang maksimum 11.580 m (38.000 kaki).
Sebanyak kurang lebih 265 unit PC-9 telah diproduksi dalam lima varian sejak tahun 1984. Angkatan Udara Swiss, Angkatan Udara Australia, dan Angkatan Udara Thailand tercatat sebagai pengguna pesawat ini selain beberapa negara pengguna lainnya.
Angkatan Udara Australia (RAAF) telah memensiunkan pesawat PC-9/A mereka pada Desember 2019 setelah menggunakannya selama 30 tahun. Pesawat ini kemudian digantikan oleh varian yang lebih modern yaitu PC-21.
Demikian juga dengan Angkatan Udara Swiss (FAS) telah memensiunkan armada PC-9-nya pada tahun 2022 setelah mengoperasikan pesawat ini selama 34 tahun.
Kemudian Angkatan Udara Thailand (RTAF) telah memensiunkan armada PC-9-nya pada tahun 2024 setelah menggunakannya selama 33 tahun.
RTAF kemudian mengganti armada PC-9 dengan Beechcraft T-6C Texan II yang kemudian kodenya diganti menjadi T-6TH. (RNS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…
View Comments
"Produksi PC-9 telah dihentikan oleh Pilatus yang kemudian memproduksi versi yang lebih modern, yaitu PC-21."
Tetangga bahkan negara produsennya saja sudah mempensiunkannya lah kita kok malah beli? Walau pesawat latih tetap jangan downgrade dong, pesawat yang digunakan untuk melatih bakal calon penerbang-penerbang AU hebat di kemudian hari, keselamatan mereka sejak pelatihan adalah yang utama!
Yoo betul bro..heran katanya negara besar.. masak buat tentara senang sekali pakai barang bekas..
Barang bekas, harganya gak jelas, bisa buat markup Kan.... Kayak gak tahu aja, kebiasaannya negeri ini
Lahhhh malah beli bekas, mbok beli Pilatus PC-21 itu super canggih, kokpit bisa disesuaikan dengan pesawat yg akan dipakai utk karir nanti. Kalo terlalu mahal ya beli Wong Bee lagi, mekanik2nya sudah familiar, dan pasti silabus-nya sudah matang.
Pesawat beli baru aja rawan crash, malah beli bekas. Asli gblk.
yup betul sekali, safety first..tambah saja pembelian KT-1 WongBee versi terbarunya, aman dah itu..
Kenapa tidak coba buat sendiri aja di PT DI
Nggak menghargai nyawa taruna nih yg punya kuasa membeli..pesawat usia SDH puluhan tahun...paraahhh
Jangan jangan kalau beli yang bekas mudah di mark.... Ups ....
Seneng Sekalii Sama Barang Bekas Ya.. Beli Itu Yang Baru Bukan Yang Bekas..
Lebih baik pc21 si sekalian
Beli baru dong masak beli bekas, jangan taruna belajar terbang dgn peti mati dong, gimana sih pak Syafri, beli baru kalo mau murah dari China aja gpp atau korsel yg penting baru.
Perlu banget sebenarnya industri dalam negeri bisa mengcover kebutuhan TNI AU, apalagi kedepan kita akan ada banyak pesawat. Semoga aja dapet pesawat latih bagus dan bisa di produksi di dalam negeri, klo ilmu pesawat latih saya yakin insinyur-insinyur kita bisa, yang penting komitmen dari pemerintah aja. Sekalian riset dari pesawat latih ke pesawat COIN.
Mari buat pesawat latih masa insinyur2 Indonesia gak bisa buat sendiri
Beli bekas, patut diduga pasti ada mark up harga, karena tidak G to G, praktek sesat yang tidak pernah berakhir.