AIRSPACE REVIEW – Indonesia diberitakan akan membeli pesawat tempur Chengdu J-10 Vigorous Dragon (NATO: Firebird) dari China. Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin di Jakarta pada hari Rabu (15/10) menyatakan pesawat tempur dari China ini akan segera mengudara di Jakarta.
Di hari yang sama, wartawan mengonfirmasi kepada Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengenai akuisisi J-10 dari China tersebut.
Purbaya mengatakan bahwa anggaran pembelian alutsista untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) oleh Kementerian Pertahanan RI telah disetujui sebesar lebih 9 miliar dolar AS (USD).
Hanya saja, Purbaya tidak yakin apakah pembelian J-10 dari China akan dilakukan tahun ini atau tahun berikutnya. Namun ia memastikan bahwa dari segi anggaran sudah siap.
Sumber di Jakarta menyebut, Indonesia memang akan membeli jet tempur J-10 buatan Chengdu Aircraft Corporation dari China. Varian yang akan dibeli adalah J-10B.
Anggaran yang dialokasikan untuk pembelian burung-burung besi penempur dari Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai 1,6 miliar USD.
Sejauh ini, warganet berekspektasi J-10 yang akan dibeli Indonesia adalah varian J-10CE, seperti halnya yang telah dimiliki oleh Angkatan Udara Pakistan dan dibeli oleh Bangladesh.
Varian tersebut merupakan varian tercanggih keluarga J-10, yakni J-10C versi ekspor (J-10CE), yang telah dilengkapi beragam fitur modern sehingga pesawat dapat membawa rudal udara ke udara jarak jauh mutakhir, PL-15.
China secara ekstensif menawarkan varian ekspor J-10CE ke berbagai negara. Hal ini terlihat dalam pameran kedirgantaraan Airshow China 2024 lalu di mana pesawat ini dipamerkan kepada publik.
Delegasi TNI Angkatan Udara yang dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M. Tonny Harjono saat mengunjungi pameran di Kota Zhuhai, Provinsi Guangdong tersebut juga turut mengamati pesawat tempur ini. Kasau bahkan mencoba duduk di kokpit J-10CE yang dipamerkan.
J-10CE melambung namanya dalam perang kilat India-Pakistan pada Mei 2025 lalu di mana pesawat ini dilaporkan berhasil menembak jatuh jet tempur terbaru Angkatan Udara India, Dassault Rafale dari Prancis.
Disebutkan bahwa J-10CE Pakistan menembak jatuh Rafale India menggunakan rudal udara ke udara jarak jauh PL-15 buatan China.
Perbandingan J-10B dan J-10C
Jika diperbandingkan, J-10B dengan J-10C memang terdapat beberapa peningkatan yang telah diintegrasikan pada versi terbaru, di mana J-10C memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh J-10B.
Dalam hal rudal misalnya, merujuk pada informasi yang tersedia, rudal PL-15 secara definitif telah diintegrasikan pada varian J-10C/CE. Sementara untuk varian J-10B rudal udara ke udara standar yang dapat dibawanya adalah hingga PL-12.
Rudal PL-12 (PiLi-12) adalah rudal udara ke udara jarak menengah dengan pemandu radar aktif. Jarak jangkau rudal ini berkisar 70-100 km. Versi ekspornya yang dikenal sebagai SD-10 (ShanDian-10) memiliki jarak jangkau yang lebih rendah lagi.
Rudal PL-12 dikembangkan pada tahun 1997 dan mulai digunakan oleh Angkatan Udara China (PLAAF) tahun 2005.
Rudal dengan bobot 180 kg ini dapat terbang dengan kecepatan maksimum hingga Mach 4. Rudal menggunakan sistem pemandu fire-and-forget setelah radar aktifnya mengunci target pada fase akhir penerbangan.
Rudal PL-12 juga dilengkapi pemandu sistem navigasi inersia (INS) yang dikombinasikan dengan data-link dari pesawat peluncur untuk menerima pembaruan informasi target sebelum radar aktif dihidupkan.
Beberapa varian seperti PL-12A dilaporkan memiliki mode pasif untuk digunakan melawan pesawat jammer atau pesawat peringatan dini udara (AEW).
Sementara rudal PL-15 merupakan rudal yang lebih canggih dengan jangkauan lebih jauh, mencapai 200-300 km (versi ekspor lebih rendah), dan pencari radar aktif AESA (Active Electronically Scanned Array).
PL-15 merupakan rudal udara ke udara jarak jauh standar yang melengkapi jet tempur China yang telah dilengkapi radar AESA, seperti J-10C dan J-20.
Sementara J-10B masih menggunakan radar jenis PESA (Passive Electronically Scanned Array). Pesawat ini merupakan peningkatan dari J-10A yang dilengkapi fitur-fitur baru termasuk diverterless supersonic inlet (DSI) dan sensor infrared search and track (IRST).
Ditinjau dari sisi persenjataan rudal udara ke udara, J-10C jelas lebih unggul dari J-10B. Itulah mengapa J-10CE diberitakan berhasil menembak jatuh Rafale India dari jarak jauh, terlepas bahwa penembakan tersebut dibantu oleh pesawat AEW&C.
J-10C yang dilengkapi radar AESA memiliki kemampuan deteksi jarak jauh, pelacakan presisi, dan ketahanan terhadap gangguan elektronik yang unggul.
Pesawat ini memiliki 11 gantungan senjata eksternal untuk membawa berbagai senjata, mulai dari rudal PL-8, PL-11, PL-12, hingga PL-15.
Pesawat juga dilengkapi rudal udara ke permukaan KD-88 dan YJ-91, bom berpemandu laser, bom luncur, bom berpemandu satelit, dan bom tanpa kendali, serta senjata internal berupa meriam otomatis kaliber 23 mm.
J-10C dapat terbang dengan kecepatan hingga Mach 2,2 dan ketinggian terbang maksimum mencapai 20.000 m (65.600 kaki).
Integrasi radar AESA pada varian terbaru J-10CE memberikan keunggulan taktis dalam pertempuran jarak jauh.
Pertanyaannya, mengapa Indonesia lebih tertarik untuk mengakuisisi J-10B dibanding J-10CE yang merupakan versi tercanggih dan terbaru?
Apakah pesawat yang akan dibeli merupakan bekas pakai PLAAF sehingga lebih cepat kedatangannya? Sumber terbuka menyebut PLAAF saat ini mengoperasikan sekitar 56 unit J-10B. (RNS)


Kapan anggaran untuk beli sukhoi 27/30/35 untuk TNI AU ….?? Apa takut sama USA ??
“Anggaran yang dialokasikan untuk pembelian burung-burung besi penempur dari Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai 1,6 miliar USD.”
Jika dihitung dengan akuisisi 42 unit J-10B (kabarnya) maka harga per unitnya sekitar 38 juta USD lebih rendah serendah-rendahnya dari J-10CE yang per unitnya 60 juta USD dan dengan alokasi segitu cuma bisa dapat 26 unit saja (bertentangan dengan ekspektasi semula). Kalo memang mau nyicip dulu jangan tanggung-tanggung mbok langsung yang canggih sekalian moso yang ‘downgrade’ hadeeh ๐
Sedari awal strategi saat ini untuk memperbanyak pespur dulu, karena luasnya ruang udara di indonesia yg harus di cover..
Dan dengan banyaknya pesawat pasti musuh juga berpikir ulang untuk bertingkah sama Indonesia
Pesawat tempur generasi 4.5 lg… khan uda ada rafale dan nantiknya kf 21 boramae..?? Knp gak sekalian yg generasi ke 5 atau generasi 6 sekalian.. biar gak buangยฒ anggaran…
Sejak zaman sampai saat ini Apa yg tidak ditiru sama china.??? mulai dari celana dalam sampe ke Jet tempur F-35 ditirunya dgn kualitas bobrok ๐ China itu tukang JIPLAKK.!!! knapa indonesia slalu bodoh Gak kapok2, jgn ada niat KORUPSI lagi dgn china yg mudah diajak nyolong… ๐โน๏ธ๐
Halah…bacot doank. Ngomong jiplak, tapi semua barang yang dipake dirumah loe buatan cina semua. Munafik level dewa manusia yg satu ini.
Mendingan Indonesia jangan terlalu show of force dulu dengan wacana beli pesawat tempur, karena barangnya juga belum ada, apalagi datang ke Indonesia.
Lebih baik, banyakin rudal & berbagai jenis drone pertahanan udara dulu, ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia, Bikin AWACS dengan Platfom N295 dan R80, Bikin Platform integrasi persenjataan dari seluruh angkatan