AIRSPACE REVIEW – Kementerian Pertahanan RI masih menunggu hasil kajian dari TNI Angkatan Udara terkait informasi yang beredar yang menyebut bahwa Indonesia akan mengakuisisi 42 jet tempur J-10 dari China.
Hal itu dinyatakan langsung oleh Kepala Biro Informasi Pertahanan (Infohan) Setjen Kemenhan Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang kepada media di Jakarta baru-baru ini.
“Sementara untuk yang J-10 itu memang menjadi pengkajian TNI AU, kita ingin platform-platform alutsista yang terbaik, yang memang bisa membantu kita untuk mewujudkan kebijakan saat ini,” kata Frega kepada Kompas.com, Kamis (18/9).
Ia menegaskan bahwa arah kebijakan pertahanan Indonesia saat ini merupakan kelanjutan dari program yang digagas oleh Menteri Pertahanan sebelumnya, Prabowo Subianto, yang kini dilanjutkan oleh Menhan Sjafrie Sjamsoeddin.
Arah kebijakan tersebut salah satunya adalah memperkuat konsep Perisai Trisula Nusantara.
“Jadi, apapun platformnya pastinya adalah yang terbaik dan untuk menjamin kedaulatan wilayah dan keselamatan bangsa Indonesia bisa terjaga dengan utuh,” lanjut Inkiriwang.
Dalam konsep Perisai Trisula Nusantara, TNI AU, TNI AD dan TNI AL saling bekerja sama layaknya sebuah trisula untuk menghadapi ancaman dari dalam maupun luar negeri.
Khusus TNI AU, ada tiga kebijakan yang akan dilakukan untuk mendukung konsep Perisai Trisula Nusantara. Pertama, modernisasi alutsista sesuai kebutuhan TNI saat ini. Kedua, terbentuknya struktur organisasi TNI yang efektif dan efisien. Dan ketiga, peningkatan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan menghadapi perkembangan pengetahuan dan teknologi masa depan.
Meski begitu, Frega tidak memberikan penjelasan lebih perinci terkait kemungkinan pembelian J-10 dari China, termasuk nilai kontrak maupun jadwal realisasinya.
Ia menegaskan bahwa setiap keputusan pengadaan alutsista akan mempertimbangkan kebutuhan strategis TNI AU sekaligus kemampuan pertahanan Indonesia dalam jangka panjang.
Pernyataan Terbalik dari Kasau
Sementara itu pada bulan Mei lalu, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M Tonny Harjono menyatakan bahwa TNI AU bersifat menunggu kebijakan pemerintah soal pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista).
Hal itu disampaikan Tonny menjawab pertanyaan media merespons kabar yang menyebutkan bahwa TNI AU menyetujui pembelian 42 unit jet tempur asal China.
“Apa yang menjadi alutsista yang diberikan kepada Angkatan Udara, kami sebetulnya menunggu dari kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan,” kata Kasau di Mabesau, Cilangkap, Jakarta Timur (27/5).
Tonny menambahkan bahwa dalam hal pertahanan, TNI AU berperan sebagai pembina kekuatan, sementara pengguna kekuatan adalah Panglima TNI dan Mabes TNI.
“Jadi jenis apa saja, termasuk pesawat dari mana, jenisnya apa, kita menunggu arahan dari Kemhan. Mau dari China, mau dari Amerika, kita siap menerima,” kata Tonny.
J-10CE
Baik Kementerian Pertahanan RI maupun TNI AU tidak menguraikan secara rinci varian jet tempur yang rencananya akan diakuisisi oleh Indonesia.
J10 dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Industry Group (CAIG). Pesawat dengan julukan Vigorous Dragon (NATO: Firebird) ini dibuat dalam beberapa varian, yaitu J-10A versi kursi tunggal, J-10S varian kursi tandem untuk pelatihan, J-10C versi peningkatan dari J-10A, dan J-10CE varian ekspor J-10C.
J-10CE dirancang sebagai pesawat multiperan untuk pertempuran udara ke udara serta serangan ke permukaan.
Angkatan Udara Pakistan (PAF) adalah pengguna pertama varian J-10CE yang menerima pesawat ini pada 2022.
Dalam konflik militer India dan Pakistan beberapa waktu lalu, J-10CE naik pamornya setelah diberitakan berhasil menembak jatuh jet tempur Rafale Angkatan Udara India (IAF) menggunakan rudal PL-15. (RNS)


Cuma 42 unit? Harga per/unit grade A-nya termasuk terjangkau untuk range harga pasaran jet tempur global, apa tidak nanggung ya mengapa tak “gaspol” teken 100 unit? Daripada beli kapal induk ringan eks-Italia lebih baik uang pinjaman luar negerinya dipakai beliin ini barang 👍👍
Kenapa tidak paket lengkap saja belinya pak Presiden?
6 Unit Shaanxi KJ-500
56 Unit Shenyang J-35A (4 Skuadron)
42 Unit Chengdu J-10CE (3 Skuadron)
600 Rudal PL-10
800 Rudal PL-15
200 KD-88
200 YJ-91
Kalo harga pespur buatan Tiongkok lebih murah dibanding buatan barat semestinya segera diakuisisi oleh TNI-AU sebanyak 100 unit lengkap dgn pesawat peringatan dini AWACS biar solid utk menjaga kedaulatan dr Sabang sampe Merauke.