AIRSPACE REVIEW – Ketegangan di perbatasan timur NATO meningkat tajam akhir-akhir ini setelah beberapa insiden di mana drone-drone Rusia memasuki wilayah udara negara-negara anggota NATO, terutama Polandia dan Rumania.
Insiden tersebut dianggap serius karena beberapa faktor, yang memicu respons cepat dari aliansi militer tersebut.
Media internasional mengutip pernyataan pejabat militer memberitakan, sejumlah pelanggaran berulang oleh drone-drone Rusia terhadap sejumlah negara NATO telah terjadi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan menyebut tindakan tersebut sebagai hal yang sengaja dilakukan oleh Moskow atas perintah pejabat militer tinggi. Hal ini bertujuan untuk menguji sistem pertahanan udara negara-negara NATO dan memperluas cakupan perang.
Polandia mengklaim, puluhan drone Rusia telah melanggar wilayah udaranya. Insiden terbaru dan paling signifikan terjadi pada pertengahan September 2025, ketika 21 drone Rusia melintasi perbatasan Polandia.
Beberapa drone tersebut bahkan dilaporkan terbang hingga 250 km ke dalam wilayah Polandia.
Senada dengan pernyataan Zelensky, pejabat Polandia juga menduga keras serangan drone tersebut dilakukan dengan sengaja oleh Rusia dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Polandia dan NATO berhasil menembak jatuh beberapa drone Rusia. Jet tempur dari negara-negara anggota NATO, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, dan Denmark, kemudian ikut dikerahkan sebagai bagian dari “Operation Eastern Sentry” untuk memperkuat pertahanan udara di perbatasan timur.
Berbeda dengan insiden sebelumnya di mana drone-drone Rusia yang “nyasar” ke negara-negara NATO itu datang dari wilayah Ukraina, insiden terbaru menunjukkan bila kawanan drone Moskow itu datang dari wilayah Belarus, negara sekutu Rusia.
Infiltrasi drone-drone Rusia dipandang sebagai sesuatu yang mengancam dan membahayakan. Selain merupakan pelanggaran wilayah udara karena penerbangannya ilegal, kehadiran drone-drone Rusia tersebut juga sempat menyebabkan penutupan sementara empat bandara di Polandia.
Selain itu, puing-puing drone yang berhasil ditembak jatuh juga merusak sebuah rumah di Desa Wyryki, meskipun tidak ada korban jiwa.
Berselang beberapa hari setelah insiden di Polandia, sebuah drone Rusia juga berhasil dideteksi melanggar wilayah udara Rumania. Drone itu terbang sejauh 20 km dari Desa Chilia Veche, dekat perbatasan dengan Ukraina.
Merespons infiltrasi drone asing itu, Rumania segera mengerahkan jet tempur F-16-nya untuk melakukan penangkalan.
Hanya saja, meski militer Rumania telah memberikan perintah kepada pilot F-16 untuk menembak jatuh target udara itu, drone Rusia diketahui menghilang dari radar sebelum tindakan diambil.
Pemerintah Rumania mengecam keras insiden tersebut dan memanggil Duta Besar Rusia. Rumania menyebut aksi infiltrasi udara itu sebagai tindakan sembrono yang mengancam keamanan regional.
Kementerian Pertahanan Rumania menegaskan akan melakukan hal apa pun untuk mempertahankan setiap jengkal wilayah udara aliansi.
Meskipun tidak ada korban jiwa, insiden tersebut telah meningkatkan kekhawatiran tentang potensi meluasnya perang ke wilayah NATO.
Para pemimpin NATO dan Uni Eropa mengeluarkan pernyataan keras, mengutuk provokasi Rusia dan menegaskan solidaritas mereka dengan Polandia dan Rumania.
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menyatakan, insiden itu membawa kawasan tersebut ke titik terdekat dengan konflik terbuka sejak Perang Dunia II.
Secara keseluruhan, masuknya drone Rusia ke wilayah udara Polandia, Rumania, dan negara-negara NATO lainnya di perbatasan timur bukan lagi insiden terisolasi, melainkan bagian dari pola yang lebih luas yang dianggap sebagai upaya Rusia untuk menguji kesiapan NATO, memperluas area ancaman, dan meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Barat Mengirimkan Jet-jet Tempurnya
NATO tampaknya memang tidak menganggap remeh insiden infiltrasi drone-drone Rusia ke negara-negara aliansinya. Pakta Pertahanan Atlantik Utara ini pun kemudian menggelar “Operation Eastern Sentry” yang dimulai sejak 12 September 2025 hingga waktu yang tidak terbatas.
Untuk mendukung operasi udara tersebut, sejumlah negara aliansi Barat ramai-ramai telah mengirimkan jet-jet tempur andalannya.
Inggris mengirimkan Eurofighter Typhoon, Prancis mengirimkan Rafale, Belanda mengirimkan jet tempur siluman F-35, Jerman mengirimkan jet tempur Typhoon dan sistem pertahanan rudal Patriot, Denmark mengirimkan F-16, Italia mengirimkan pesawat peritangan diri dan kontrol udara AWACS, serta Republik Ceko mengirimkan helikopter militer dan 150 personelnya.
Langkah-langkah ini menunjukkan keseriusan dan solidaritas aliansi NATO dalam menanggapi ancaman yang dianggap sebagai provokasi langsung oleh Rusia.
NATO menegaskan, Operation Eastern Sentry digelar untuk memperkuat pertahanan di Sayap Timur NATO dan mengirimkan pesan kuat kepada Rusia bahwa setiap agresi terhadap salah satu anggota NATO akan mendapatkan respons kolektif.
Seperti diketahui, Polandia sebagai anggota NATO, berada di bawah perlindungan Pasal 5 dari Traktat Atlantik Utara, yang menyatakan bahwa serangan terhadap salah satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota.
Meskipun insiden drone Rusia belum memicu Pasal 5 secara otomatis, respons cepat dari negara-negara aliansi NATO lainnya dengan mengirimkan jet tempur menunjukkan solidaritas dan keseriusan aliansi.
Dapat dikatakan, tindakan pengerahan jet-jet tempur oleh negara-negara NATO ke Polandia bukan sesuatu yang ‘lebay’ atau berlebihan, tapi merupakan respons nyata sebagai upaya preventif bahkan untuk melakukan serangan balik, sebagaimana telah menjadi kesepakatan bersama dari negara-negara NATO.
Anggapan ‘lebay’ mungkin didasari fakta bahwa untuk menghadapi infiltrasi drone saja, harus dikerahkan jet-jet tempur canggih dengan rudal-rudal udara berharga mahal yang dibawanya.
Namun perlu diingat, bahwa serangan drone berharga murah sekaligun, telah terbukti menimbulkan kerusakan yang besar terhadap aset-aset militer yang berharga sangat mahal dan vital.
Serangan drone Ukraina ke pangkalan-pangkalan militer Rusia yang tidak dijaga secara ketat, telah menghancurkan puluhan pesawat pengebom strategis, yang melumpuhkan sepertiga dari kekuatan armada pengebom jarak jauh Rusia tersebut. Ini sebagai salah satu contoh saja. (RNS)

