AIRSPACE REVIEW – Menteri Pertahanan Ukraina Denys Shmyhal bertemu dengan delegasi KNDS Deutschland yang dipimpin oleh Direktur Eksekutif Ralf Ketzel pada Agustus 2025 lalu.
Pertemuan tersebut membahas pembangunan pusat perawatan senjata antipesawat gerak otomatis Gepard (SPAAG) di Ukraina.
Pembicaraan kedua pihak berlangsung di Kyiv dan dilanjutkan dalam pameran Defence and Security Equipment International (DSEI) di London.
Kerja sama yang digagas dengan KNDS Deutschland adalah untuk mendirikan usaha patungan di Ukraina dalam bidang pusat layanan guna memastikan pasokan amunisi yang berkelanjutan.
Pusat layanan tersebut akan menciptakan mekanisme umpan balik permanen antara operator Ukraina dan teknisi Jerman.
Targetnya adalah terciptanya kapasitas perawatan di dalam negeri untuk sistem persenjataan berat, termasuk memperbaiki sistem lapis baja dan sistem antipesawat, dimulai dengan Gepard.
Sebelumnya, sebanyak tiga unit pertama Gepard telah diperbaiki di Ukraina di bawah pengawasan KNDS, menandai pergeseran penting dari ketergantungan pada bengkel asing.
Jerman juga telah mendukung Ukraina dengan pengiriman amunisi yang signifikan dan menjanjikan lebih dari 200.000 butir amunisi 35 mm sebagai bagian dari paket bantuan terbaru.
Sementara itu, perusahaan pertahanan Rheinmetall telah ditugaskan untuk mempertahankan produksi amunisi jangka panjang setelah kekurangan awal terkait dengan pembatasan ekspor Swiss.
Armada Gepard Ukraina saat ini berasal dari beberapa sumber. Jerman mengirimkan 52 unit pada akhir tahun 2023 dan mengirimkan 15 unit lagi (eks Qatar) beserta 259.680 butir amunisi pada Januari 2024.
Lalu dari Amerika Serikat yang membeli 60 sistem Cheetah (versi Belanda) dari Yordania seharga 118 juta USD, dengan pengiriman dimulai pada pertengahan tahun 2024.
Sistem Gepard di Ukraina, telah berhasil dikerahkan baik untuk perlindungan pusat kota dan infrastruktur energi maupun untuk pertahanan bergerak pasukan garis depan.
Perannya meliputi penanggulangan ancaman serangan udara Rusia, mulai dari amunisi loitering tipe Shahed, rudal jelajah, dan wahana lainnya yang terbang rendah.
Sistem Gepard awalnya dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Krauss-Maffei Wegmann, yang kini menjadi bagian dari KNDS Deutschland, dan mulai beroperasi pada 1970-an.
Dibangun di atas sasis tank tempur utama Leopard 1, sistem ini menawarkan kombinasi mobilitas, perlindungan lapis baja, dan kendali tembakan otonom.
Sistem tersebut dipersenjatai dengan dua kanon otomatis Oerlikon KDA 35 mm, masing-masing menembakkan 550 peluru per menit dengan total gabungan 1.100 peluru.
Senjata-senjata ini mampu menyerang target hingga sejauh 4 km dan pada ketinggian sekitar 3 km.
Integrasi radar juga merupakan komponen penentu efektivitas tempur Gepard. Varian Jerman menggunakan radar pencari S-band dengan jangkauan deteksi sekitar 15 km dan radar pelacak Ku-band untuk penargetan yang presisi,
Sementara varian PRTL Cheetah Belanda menggunakan radar pencari X-band dan radar pelacak X/Ka-band, menawarkan karakteristik kinerja yang sedikit berbeda.
Mobilitas kendaraan didukung oleh mesin diesel multi-bahan bakar MTU MB 838 CaM 500 yang menghasilkan tenaga sekitar 830 ps, memungkinkan kecepatan maksimum di jalan raya hingga 65 km/jam. (RBS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…