AIRSPACE REVIEW – Dalam serangan udara ke Ukraina, pasukan Rusia semakin sering mengerahkan drone berbiaya rendah yang dikenal sebagai Gerbera.
Drone tersebut dirancang khusus untuk menguras habis sistem pertahanan udara Ukraina hingga menimbulkan kelelahan strategis jangka panjang pada aset-aset pertahanan udara vitalnya.
Gerbera dengan cepat menjadi landasan doktrin serangan udara Rusia, yang memungkinkan Moskow untuk melancarkan serangan berbiaya rendah secara terus-menerus.
Tidak hanya menargetkan infrastruktur, kehadiran drone Gerbera juga menguras biaya operasi pertahanan udara Ukraina.
Drone Gerbera yang siluetnya menyerupai Shahed-136 buatan Iran ini, pertama kali diamati beroperasi pada pertengahan 2024 dan berkembang pesat hingga saat ini.
Sebagai drone kamikaze atau sekali pakai, Gerbera dioptimalkan kesederhanaan profilnya, hingga mudah produksi massal dan berbiaya rendah, namun dengan kinerja yang handal.
Drone bersayap delta ini dibangun menggunakan material non strategis seperti busa, kayu lapis laminasi, dan komposit plastik ringan.
Panjangnya sekitar 2,4 hingga 3 m dengan lebar sayap antara 3,2 hingga 3,5 m. Berat drone tanpa muatan diperkirakan mencapai 25 hingga 35 kg..
Drone digerakkan menggunakan mesin model pusher, ditenagai oleh motor bensin dua langkah kecil (pada beberapa model juga menggunakan motor listrik). Kecepatan jelajahnya berkisar antara 120 hingga 150 km/jam.
Jangkauan operasional Gerbera berkisar 300 hingga 600 km, tergantung pada konfigurasi muatan dan kondisi cuaca saat digunakan.
Navigasinya mengandalkan autopilot berbasis GNSS, seringkali menggabungkan modul GLONASS atau GPS berbiaya rendah dengan perutean titik arah yang telah diprogram sebelumnya.
Setelah diluncurkan, Gerbera beroperasi secara otonom tanpa tautan kendali waktu nyata.
Bahkan banyak di antaranya, drone tidak memiliki kemampuan telemetri sama sekali, sehingga mempersulit upaya pengacauan atau penangkal menggunakan EW.
Beberapa varian Gerbera tidak bersenjata sama sekali dan hanya berfungsi sebagai umpan yang dirancang untuk meniru jejak radar dan profil penerbangan drone atau rudal jelajah.
Namun, model yang lebih canggih dilengkapi dengan hulu ledak kecil di kompartemen hidung atau tengah badan pesawat.
Hulu ledak ini biasanya membawa muatan berdaya ledak tinggi antara 3 hingga 5 kg dan efektif terhadap target lunak seperti penyimpanan bahan bakar dan antena parabola radar.
Meskipun satu unit Gerbera tidak dapat menghancurkan target yang diperkuat atau infrastruktur gedung perkotaan, daya mematikannya yang terbatas diimbangi oleh volumenya.
Sebagai contoh, pada sebuah serangan udara malam hari di awal September 2025, setidaknya 40 drone (banyak di antaranya Gerbera) diluncurkan menuju wilayah udara Ukraina.
Pasukan pertahanan udara Ukraina berhasil mencegat 33 di antaranya menggunakan campuran sistem pencegat yang dipasok Barat.
Meskipun kerusakan kinetik di darat dapat dicegah, namun biaya finansial pertahanan kemungkinan melebihi beberapa juta dolar.
Inntelijen Ukraina memperkirakan biaya rata-rata satu drone Gerbera antara 500 dan 2.000 dolar AS.
Dibandingkan dengan puluhan ribu dolar yang dibutuhkan untuk meluncurkan rudal darat ke udara jarak pendek seperti pencegat IRIS-T atau NASAMS, Gerbera membuat biaya perang Ukraina terkuras. (RBS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…