Armed Forces

AS kembali melakukan serangan terhadap kapal Venezuela di Karibia yang diduga mengangkut narkoba, tiga orang tewas

AIRSPACE REVIEW – Amerika Serikat kembali melakukan serangan terhadap kapal Venezuela yang diduga sedang mengangkut narkoba di perairan internasional di Karibia. Akibat serangan tersebut tiga orang yang ada di kapal tewas.

Serangan terbaru terhadap kapal Venezuela diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump pada 15 September 2025. Trump menyebut ketiga orang yang tewas sebagai “teroris narkotika”.

Trump juga merilis video melalui akun media sosialnya yang memperlihatkan momen ketika kapal meledak dan terbakar.

Analis menduga serangan tersebut dilakukan menggunakan rudal AGM-114 Hellfire yang ditembakkan dari pesawat tanpa awak MQ-9A Reaper.

Melalui serangan nyata tersebut, Trump memberikan pesan bahwa siapa pun yang terlibat dalam perdagangan zat terlarang ke AS akan dikejar dan dinetralisir.

Sebelumnya pada 2 September lalu, dengan alasan yang sama, Angkatan Laut AS (US Navy) telah menyerang kapal berbendera Venezuela dan mengakibatkan 11 orang tewas.

Washington menuduh kapal tersebut dioperasikan oleh anggota kartel Tren de Aragua dan mengangkut zat-zat terlarang, meskipun belum memberikan bukti independen untuk mendukung tuduhan tersebut, tulis media internasional.

Trump tampak sangat serius ingin memerangi kartel narkoba yang disinyalir melibatkan Venezuela. Presiden AS telah mengerahkan sepuluh armada jet tempur generasi kelima F-35B Lightning II milik Korps Marinir AS dan memerintahkan militernya untuk menembak pesawat tempur Venezuela apabila mengganggu kapal-kapal perang US Navy.

Pentagon mengerahkan sekitar delapan kapal perangnya, sejumlah pesawat pendukung dan helikopter, drone bersenjata, dan sekitar 4.500 personel USMC ke Karibia.

Tindakan militer AS telah menimbulkan kontroversi di mana para kritikus mempertanyakan legalitas dan proporsionalitas penggunaan kekuatan di perairan internasional, terutama tanpa deklarasi perang resmi.

Pemerintahan Trump membenarkan operasi tersebut berdasarkan perintah eksekutif yang menetapkan kartel narkoba sebagai organisasi teroris asing.

Melalui perintah eksekutif tersebut militer AS dimungkinkan untuk menggunakan kekuatan tempurnya dalam menetralisir target.

Sementara itu, Presiden Venezuela Nicolás Maduro mengecam keras serangan tersebut dan menuduh AS menggunakan perdagangan narkoba sebagai dalih untuk mendorong perubahan rezim di negaranya.

Ia menggambarkan tindakan AS sebagai agresi multifaset, termasuk politik, diplomatik, dan militer, dan menyatakan bahwa komunikasi antara kedua pemerintah telah terputus karena sikap bermusuhan Washington. (RNS)

RNS

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

1 hour ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

2 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

5 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

7 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

7 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

7 hours ago