AIRSPACE REVIEW – India dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk memproduksi secara lokal rudal jarak jauh Rampage buatan Israel di bawah inisiatif “Make in India”.
Angkatan Bersenjata India pertama kali memperoleh sejumlah rudal ini setelah bentrokan Galwan pada tahun 2020.
Selanjutnya, pada 10 Mei 2025 dalam Operasi Sindoor, jet tempur Jaguar dan Su-30MKI Angkatan Udara India (IAF) menggunakan Rampage untuk menyerang Pangkalan Angkatan Udara Pakistan Sukkur serta target lainnya di Bahalwanpur dan Muridke.
Terkesan dengan kinerjanya, IAF berencana untuk memperoleh unit lebih lanjut dan telah mengusulkan untuk melisensikan produksi rudal tersebut di dalam negeri.
Selain pada Jaguar dan Su-30MKI, Angkatan Udara juga mengintegrasikan rudal tersebut pada MiG-29. Sedangkan Angkatan Laut India menggunakannya pada MiG-29K berbasis kapal induk.
Rudal Rampage dikembangkan oleh Israel Military Industries (IMI) dan Israel Aerospace Industries (IAI), awalnya bernama MARS (Multi-purpose, Air-launched Rocket System).
Dirancang sebagai rudal udara ke permukaan jarak jauh (150-250 km), Rampage dapat menyerang target bernilai tinggi seperti instalasi radar, pusat komunikasi, fasilitas penyimpanan senjata, dan lapangan terbang.
Sementara pesawat peluncurnya tetap terbang secara aman berada di luar jangkauan tembak sistem pertahanan udara lawan.
Untuk spesifikasinya, Rampage memiliki bobot 570 kg, panjang 4,7 m, diameter 30,6 cm, dan muatan hulu ledak sekitar 150 kg.
Rudal yang dibekali bahan bakar padat ini dapat meluncur hingga kecepatan maksimum 1,6 Mach, dengan ketinggian penerbangan antara 3.000 – 4.000 m.
Rampage dibekali sistem panduan awal berupa INS + altimeter dengan panduan satelit dan tautan data dua arah.
Pada fase akhir menggunakan pencitraan inframerah. Misil memiliki tingkat kesalahan melingkar (CEP) kurang dari 10 m. (RBS)

