AIRSPACE REVIEW – Perusahaan pertahanan asal Jerman FFG (Flensburger Fahrzeugbau Gesellschaft) meluncurkan sistem pertahanan udara bergerak yang diberi nama Condor.
Sistem ini menggabungkan platform berbasis tank Leopard 1 yang terkenal tangguh dengan diintegrasikan senjata antipesawat (AAG).
Condor mengusung turet tanpa awak baru Turra 30-SA yang diproduksi oleh perusahaan EVPÚ asal Slowakia.
Turetnya dilengkapi dengan kanon otomatis kaliber 30 mm yang mampu menembakkan amunisi semburan udara yang dapat diprogram.
Dibekali dengan amunisi umpan ganda, kru dapat memilih antara dua jenis peluru tergantung pada misinya.
Hebatnya, Condor dapat berganti peran dalam hitungan detik, beralih dari sistem pertahanan udara menjadi kendaraan pemberi dukungan tembakan langsung (FSV) bagi pasukan darat.
Sistem kewaspadaan situasional dan akuisisi target yang ditingkatkan pada Condor, semakin meningkatkan kemampuan bertahannya terhadap ancaman modern.
Selain itu, kendaraan menggabungkan jaringan digital baru, tata letak tempat duduk yang lebih baik, serta lapisan pelindung samping dan atap yang ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan medan perang saat ini.
Condor yang berdimensi panjang 7,18 m dan berat 40 ton dilengkapi mesin diesel baru lebih efisien dan bertenaga Rolls-Royce Power Systems 8V199TE23 V8 berdaya 1.080 ps.
Sementara, turet Turra 30-SA dapat menampung berbagai jenis kanon 30 mm, termasuk Bushmaster Mk44.
Condor juga membawa persenjataan sekunder seperti senapan mesin koaksial 12,7 mm atau 7,62 mm, serta rudal antitank Spike atau Konkurs.
Turet Turra 30-SA juga dilengkapi dengan perangkat elektro optik canggih, radar multi misi, dan sensor yang dirancang untuk mendeteksi senjata ringan dan tembakan penembak jitu. (RBS)

