AIRSPACE REVIEW – Thailand secara resmi mengakuisisi empat jet tempur Saab Gripen E/F dari Swedia sebagai bagian dari program modernisasi armada Angkatan Udara Kerajaan Thailand (RTAF).
Kontrak senilai 595 juta USD yang ditandatangani oleh Badan Materiel Pertahanan Swedia (FMV) dan Saab ini adalah tahap pertama dari paket yang lebih besar yang mencakup pembelian 12 Gripen E/F oleh Tahiland hingga tahun 2035.
Empat Gripen batch pertama terdiri dari tiga Gripen E yang berkursi tunggal, dan satu Gripen F berkursi tandem yang juga dapat digunakan untuk pelatihan pilot.
Pengiriman pesawat dijadwalkan antara tahun 2025 hingga 2029. Pesawat ini secara bertahap akan menggantikan jet F-16A/B veteran RTAF yang telah dioperasikan sejak akhir 1980-an.
Saab dalam rilisnya menyatakan, kontrak ini lebih dari sekadar pengiriman jet tempur dan mencakup paket kompensasi industri komprehensif senilai lebih dari 3 miliar USD.
Angka tersebut mewakili lebih dari 150% nilai kontrak awal dengan komitmen mencakup transfer teknologi, penerapan sistem datalink taktis Link-T, pengembangan pusat perawatan dan modernisasi pesawat (MRO) di Nakhon Ratchasima, serta investasi dalam riset, pendidikan, dan partisipasi industri lokal dalam rantai pasokan aeronautika.
Pesawat yang diakuisisi Thailand kali ini merupakan varian paling modern di lini Saab Gripen.
Sejumlah fitur unggulan melengkapi pesawat tersebut, antara lain radar Raven ES-05 AESA, sistem pencarian inframerah SkyWard, dan rangkaian peperangan elektronik Arexis/.
Pesawat juga terintegrasi dengan rudal generasi terbaru seperti Meteor dan IRIS-T, serta pod penargetan dan sistem penglihatan yang dipasang di helm Targo.
Thailand bukan pertama kali membeli Gripen dari Swedia. Sebelumnya RTAF telah mengoperasikan satu skuadron Gripen C/D yang bermarkas di Surat Thani sejak tahun 2011.
Pembelian Gripen E/F baru ini akan memungkinkan integrasi penuh kedua versi, memperkuat kemampuan pertahanan udara negara tersebut, dan meningkatkan otonomi strategisnya di Asia Tenggara.
Keputusan Thailand untuk kembali memilih Gripen muncul setelah Amerika Serikat menolak penjualan jet tempur F-35 ke Bangkok. AS beralasan bahwa keterbatasan infrastruktur dan pemeliharaan oleh RTAF belum memadai.
Pembelian ini sekaligus memperpanjang kemitraan antara RTAF dengan Saab. Selain itu, Thailand juga juga mendapatkan transfer teknologi untuk mendukung kemandirian dan strategi diversifikasi pemasok militer.
“Kami menyambut Thailand sebagai pelanggan baru Gripen E/F. Saab telah menjalin hubungan yang kuat dengan Angkatan Udara Kerajaan Thailand, dan perjanjian ini semakin memperkuat rasa saling percaya kami. Gripen E/F menawarkan kemampuan tercanggih yang tersedia di pasaran saat ini,” ujar Micael Johansson, Presiden dan CEO Saab.
Dengan penandatanganan kontrak di Stockholm dan persetujuan resmi oleh pemerintah Thailand, tulis perusahaan, memproyeksikan Thailand ke era baru modernisasi militer dan menempatkan Saab pada posisi terkemuka di pasar penerbangan pertahanan Asia yang kompetitif. (RNS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…