AIRSPACE REVIEW – Pada hari ketiga konflik tanggal 26 Juli 2025, Gubernur Provinsi Surin-Thailand, Chamnan Chuenta, mengeluarkan peringatan publik yang mengimbau warganya untuk menghindari wilayah dalam radius 120 km dari perbatasan Thailand-Kamboja.
Pengumuman tersebut menyebutkan meningkatnya kekhawatiran keamanan terkait kemungkinan pengerahan sistem roket artileri dan rudal jarak jauh oleh Angkatan Bersenjata Kamboja, seperti diberitakan Nation Thailand.
Secara spesifik, otoritas Thailand mengindikasikan bahwa militer Kamboja tengah mengerahkan sistem roket peluncur multilaras PHL-03 dan sistem rudal antipesawat KS-1C di Provinsi Oddar Meanchey.
Terkait KS-1C, Angkatan Bersenjata Kamboja resmi menerima pengiriman gelombang pertama sistem rudal pertahanan udara jarak menengah buatan China tersebut pada 15 September 2023.
KS‑1C merupakan varian ekspor dari sistem rudal permukaan ke udara jarak menengah HQ‑12 (Hongqi-12) yang dikembangkan oleh China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC).
Sistem ini didasarkan pada KS‑1A dan menggunakan rudal yang diluncurkan dari tabung, bukan dalam keadaan terbuka yang diluncurkan dari sistem rel seperti pada versi sebelumnya.
Baterai KS-1C pada umumnya mencakup satu panel radar phased-array pasif (PPAR), empat peluncur yang masing-masing dilengkapi dengan dua rudal, dan 16 rudal tambahan pada truk pengisian ulang, beserta stasiun komando dan kendali dan unit generator.
Sistem KS-1C dibekali dengan radar array bertahap pasif H-200 yang mampu mendeteksi target hingga 70 km.
Rudal KS‑1C berukuran panjang sekitar 5,6 m, berat antara 886 – 900 kg, serta membawa muatan hulu ledak seberat 100 kg.
Rudal ini dapat menjangkau sasaran dari jarak 5 km hingga 50 km dan ketinggian antara 500 m hingga 25.000 m, dapat meluncur hingga kecepatan 3 Mach.
Meski demikian, disinyalir bahwa militer Kamboja telah mengerahkan sistem ini untuk menangkal serangan udara Thailand. Andai tidak telat, tentunya sistem pertahanan udara ini bisa menjadi ancaman bagi jet-jet tempur Angkatan Udara Thailand (RTAF) yang dikerahkan ke medan perang.
Seperti diketahui pada tanggal 24 dan 25 Juli 2025, RTAF mengerahkan sejumlah jet tempurnya yakni F-16 dan Gripen menggempur posisi pasukan Kamboja yang berada di wilayah perbatasan yang dipersengketakan.
Pada 28 Juli 2025, Pemerintah Kamboja dan Thailand bersepakat untuk segera melakukan gencatan senjata. Kesepakatan itu tercapai usai dua pemimpin negara bertemu dalam mediasi yang dilakukan di Malaysia. (RBS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…