Navy

Angkatan Laut AS sukses menguji drone bertenaga surya Skydweller, terbang selama tiga hari penuh

AIRSPACE REVIEW – Angkatan Laut AS (USN) bekerja sama dengan perusahaan kedirgantaraan Skydweller Aero telah menyelesaikan penerbangan pesawat nirawak tenaga surya selama lebih tiga hari (73 jam) secara terus-menerus.

Uji coba yang dilakukan di Stennis, Mississippi tersebut merupakan langkah maju yang besar dalam penerapan pesawat bertenaga surya untuk operasi ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian).

Demonstrasi penerbangan dipimpin oleh NAWCAD (Naval Air Warfare Center Aircraft Division) yang mengawasi kegiatan uji dan evaluasi Angkatan Laut.

Penerbangan ini tidak hanya membuktikan kemampuan Skydweller untuk mempertahankan daya dari energi surya sepanjang siklus siang dan malam, tetapi juga memvalidasi sistem komando dan kendali, fitur respons otonom, dan ketahanannya terhadap gangguan cuaca.

Selama penerbangan tiga hari tersebut, Skydweller juga membuktikan kemampuannya untuk tetap berhubungan, membuat keputusan secara otomatis, dan beradaptasi secara dinamis terhadap kondisi turbulensi.

Pengujian lebih lanjut dari Skydweller dijadwalkan akan dilakukan pada akhir musim panas ini di wilayah SOUTHCOM.

Uji selanjutnya ini akan berfokus pada pengintegrasian umpan ISR Skydweller ke dalam rangkaian misi waktu nyata.

Dengan diintegrasikannya Skydweller ke dalam jaringan ISR Angkatan Laut AS, maka akan menciptakan arsitektur pengawasan yang lebih fleksibel dan tangguh.

Daya tahan pesawat yang panjang, ditambah dengan tanda akustik dan visualnya rendah, menjadikannya platform ideal untuk operasi di area yang membutuhkan observasi berkelanjutan tanpa siklus peluncuran dan pemulihan konstan seperti drone konvensional.

Berbeda dengan sistem tanpa awak tradisional, Skydweller sepenuhnya mengandalkan tenaga surya, mengisi daya baterai di pesawat pada siang hari dan terus beroperasi sepanjang malam tanpa perlu mendarat mengisi ulang bahan bakarnya. (RBS)

Rangga Baswara Sawiyya

Born of an air force family in Abdulrachman Saleh AFB, Malang. Fascinated with weaponry, automotive and action figures since childhood. The first article about the plane was published in HAI teen magazine when was being high school student. Wrote several articles about weaponry for Pikiran Rakyat newspaper and became a freelancer for Angkasa and Commando magazines from 2008 to 2017. Then joined Airspace Review and being as contributor for Langit Biru magazine since 2017

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

1 hour ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

2 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

5 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

7 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

7 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

7 hours ago