AIRSPACE REVIEW – Dalam konflik bersenjata antara Thailand dengan Kamboja terkait masalah perbatasan kedua negara, Thailand melibatkan kekuatan militer trimatranya untuk mengalahkan pasukan Kamboja.
Di hari pertama konflik (24/7) Angkatan Udara Thailand (RTAF) telah mengerahkan jet tempurnya untuk membantu pasukan Angkatan Darat Thailand (RTA) menghadapi pasukan Kamboja.
Jet tempur yang digunakan adalah F-16 Fighting Falcon buatan Amerika Serikat, dan belakangan juga melibatkan Saab Gripen asal Swedia dengan menjatuhkan bom berpemandu presisi dan bom konvensional.
Dengan semakin memanasnya pertempuran pada hari ketiga, Thailand mengumumkan darurat militer di sejumlah provinsi utama di timur.
Pada pukul 05.10 pagi 26 Juli, pasukan Kamboja dilaporkan memperluas serangan mereka di sepanjang perbatasan.
Bertindak cepat, Komando Pertahanan Perbatasan Chanthaburi-Trat Thailand, melancarkan serangan balasan dan menerapkan langkah-langkah darurat menyeluruh untuk memulihkan kendali dan mengamankan wilayahnya.
Dalam pertempuran darat tersebut, pasukan Kamboja dilaporkan menggunakan sistem peluncur roket multilaras BM-21 Grad dan RM-70 Vampire, serta meriam artileri lapangan dalam serangan lintas perbatasan mereka.
Pasukan Thailand merespons dengan serangan udara terkoordinasi, lewat tembakan artileri, dan pengerahan bala bantuan lapis baja termasuk tank Oplot-M, panser Stryker, dan senjata swagerak M758 ATMG.
Guna mendukung RTA dalam pertempuran darat, Angkatan Laut Thailand (RTN) menerjunkan pasukan marinirnya untuk menghalau berbagai serangan dari pasukan Kamboja di provinsi Trat, wilayah timur Thailand.
Seperti diberitakan oleh The Nation Thailand, Operasi RTN dengan nama sandi “Trat Pikhat Pairee 1″ ini diluncurkan pada pagi hari 26 Juli dan melibatkan setidaknya empat kapal perang RTN.
Dalam waktu yang singkat, pasukan Marinir Thailand dilaporkan berhasil memaksa pasukan Kamboja mundur dari tiga titik serangan di wilayah perbatasan yang dipersengketakan.
Konflik bersenjata sesama negara anggota ASEAN ini dimulai sejak 24 Juli 2025, dan telah merenggut total puluhan korban jiwa di kedua belah pihak.
Berdasarkan laporan terakhir, hingga tanggal 27 Juli, korban tewas di pihak Thailand menjadi 22 orang, terdiri dari 14 warga sipil dan 8 tentara. Sementara di pihak Kamboja, jumlah korban tewas tercatat 13 orang. (RBS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…
View Comments
Pelanggaran perbatasan? Mirip awal serangan Nazi ke Polandia? Masih gelap penyebab konflik ini