Air Force

Dibandingkan Thailand, Angkatan Udara Kamboja lebih lemah, hanya tersisa enam jet L-39

AIRSPACE REVIEW – Pada hari pertama pertempuran (24/7) antara Thailand dengan Kamboja terkait masalah sengketa perbatasan, Angkatan Udara Thailand (RTAF) menyerang posisi pasukan Kamboja menggunakan enam jet tempur F-16 Fighting Falcon.

Sementara pasukan Kamboja lebih mengandalkan serangan darat menggunakan sistem peluncur roket multilaras (MLRS) jenis BM-21 dan RM-70.

Tak ada jet tempur milik Angkatan Udara Kamboja (RCAF) yang dilibatkan dalam pertempuran tersebut.

Menjadi pertanyaan, seperti apakah kekuatan armada tempur RCAF saat ini?

Kamboja menutup rapat mengenai kekuatan alutsistanya, sehingga informasi ke dunia luar sangat terbatas.

Namun berdasarkan informasi terbuka yang tersedia, RCAF tak memiliki jet tempur modern. Asenalnya terdiri dari jet tempur tua era Uni Soviet, yakni MiG-21bis, MiG-17F, MiG-15UTI, serta J-6C dan J-5 dari China.

Pesawat-pesawat tersebut dilaporkan terparkir di pinggir landasan di Bandara Internasional Phnom Penh, dan sudah tidak aktif.

Pesawat jet RCAF yang tergolong baru hanyalah Aero L-39 Albatros buatan Ceko sebanyak enam unit.

Khmer Times dalam sebuah laporannya pada April 2020, memberitakan bahwa Pemerintah Kamboja akan menambah empat L-39 lagi dari Ceko untuk memodernisasi armada RCAF.

Diberitakan pula, saat itu RCAF tengah mengevaluasi jet latih tempur China JL-9 buatan Guizhou Aircraft Industry Corporation (GAIC).

Namun hingga saat ini belum ada laporan resmi bila RCAF telah mengakuisisi jet yang juga dikenal sebagai FTC-2000G Mountain Eagle tersebut.

Dibandingkan dengan RCAF, Thailand jelas lebih superior. RTAF saat ini mengoperasikan 48 unit F-16A/B/AM/BM, lalu 13 unit F-5E/F TH, 14 T-50TH, dan enam pesawat antigerilya AT-6 Wolverine. (RBS)

Rangga Baswara Sawiyya

Born of an air force family in Abdulrachman Saleh AFB, Malang. Fascinated with weaponry, automotive and action figures since childhood. The first article about the plane was published in HAI teen magazine when was being high school student. Wrote several articles about weaponry for Pikiran Rakyat newspaper and became a freelancer for Angkasa and Commando magazines from 2008 to 2017. Then joined Airspace Review and being as contributor for Langit Biru magazine since 2017

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

5 hours ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

6 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

9 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

11 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

11 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

11 hours ago