AIRSPACE REVIEW – Sebuah jet tempur siluman F-35B Lightning II Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF) yang mendarat darurat di bandara sipil Thiruvananthapuram pada 14 Juni 2025, hingga saat ini belum bisa terbang untuk kembali ke kapal induk HMS Prince of Wales yang membawanya.
Saat itu, HMS Prince of Wales dan armada F-35B RAF sedang mengambil bagian dalam pengerahan utama Angkatan Laut Kerajaan Inggris (RN) tahun 2025, yakni Operasi Highmast di Indo-Pasifik.
Ben Obese-Jecty, Anggota Parlemen Konservatif Inggris untuk Huntingdon, mempertanyakan insiden tersebut di House of Commons pada 30 Juni,
Ia meminta pemerintah Inggris untuk mengklarifikasi apa yang sedang dilakukan untuk mengamankan jet F-35B di India dan mengembalikannya ke layanan operasional.
“Langkah-langkah apa yang diambil pemerintah untuk menyelamatkan pesawat, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan bagaimana pemerintah akan memastikan keamanan teknologi yang dilindungi pada jet saat berada di hanggar dan tidak terlihat?” ujarnya dalam video di parlemen yang ia unggah di akun X-nya.
Menteri Angkatan Bersenjata Inggris Luke Polland menjawab bahwa pesawat itu berada di bawah kendali Inggris, dengan personel RAF mengawasinya sepanjang waktu.
“Kami terus bekerja sama dengan teman-teman India kami yang memberikan dukungan kelas satu ketika F-35B tidak dapat kembali ke Prince of Wales saat dalam misi penerbangan. Saya yakin bahwa keamanan jet berada di tangan yang tepat karena kru RAF selalu bersamanya,” lanjut dia.
Dugaan F-35B tidak dapat kembali ke kapal induk Prince of Wales yang membawanya saat itu, disebabkan karena masalah teknis.
Meski demikian, penyebab insiden tersebut belum diungkapkan secara resmi. Semula RAF bersikeras memerintahkan agar F-35B tetap berada di tempat parkirnya yang terbuka dan tidak dipindahkan ke hanggar.
Namun saat ini, jet tempur generasi kelima buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat itu telah dipindahkan ke hanggar aman di Bandara Internasional Thiruvananthapuram.
Meskipun belum ada jadwal yang dikonfirmasi secara publik, teknisi dan tim pendukung logistik telah dikerahkan sejak insiden saat itu untuk menilai opsi pemulihannya.
Seperti yang diberitakan, Operasi Highmast menunjukkan komitmen pertahanan Inggris untuk merangkul inovasi dan teknologi canggih, sekaligus memperkuat pentingnya kolaborasi multinasional.
Operasi tersebut adalah kesempatan unik untuk melatih dan mengembangkan interoperabilitas militer dan bagaimana pasukan sekutu dapat mengintegrasikan aset mereka untuk memajukan keamanan global.
Penempatan ini, yang ditandai dengan kehadiran kapal kelas dunia di samping pesawat generasi kelima, menandai kemajuan signifikan dalam program Lightning. (RNS)
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…