Navy

Sudah dipensiunkan oleh Korps Marinir Inggris, hovercraft LCAC(L) kini diakuisisi oleh Angkatan Laut Pakistan

AIRSPACE REVIEW – Inggris dikabarkan secara resmi telah menyelesaikan penjualan tiga hovercraft ringan Landing Craft Air Cushion (Light) atau LCAC(L) beserta paket lengkap suku cadangnya kepada Angkatan Laut Pakistan.

Informasi tersebut diungkapkan oleh perusahaan DE&S (Defence Equipment & Support) pada 30 Juni 2025.

Ditambahkan, ketiga hovercraft yang sebelumnya dioperasikan oleh Korps Marinir Inggris (Royal Marines) tersebut telah dipensiunkan pada tahun 2021 lalu.

Sebelum dijual ke Pakistan, hovercraft dirombak dan ditingkatkan oleh Griffon Marine Support berdasarkan kontrak perbaikan tahun 2022. Perombakan diawasi langsung oleh tim dari DE&S.

Berdasarkan sejarahnya, LCAC(L) dirancang untuk mendukung operasi amfibi Korps Marinir Inggris guna mengangkut pasukan, peralatan, dan kendaraan langsung dari kapal ke pantai.

Kemampuannya untuk melaju dengan kecepatan tinggi di atas daratan, lumpur, dan air memungkinkannya beroperasi di zona pesisir, termasuk muara dan delta sungai.

Mengenai LCAC(L), merupakan hovercraft militer yang dikembangkan dan diproduksi oleh Griffon Hoverwork, sebuah perusahaan berbasis di Inggris yang mengkhususkan diri dalam teknologi kendaraan amfibi.

Model yang ditransfer ke Pakistan adalah varian Griffon 2400TD, platform sepanjang 12,7 m dan lebar 6,8 m, yang mampu mencapai kecepatan hingga 34 knot (63 km/jam).

LCAC(L) dapat mengangkut hingga 16 personel militer atau muatan kargo sekitar 2,4 ton.

Sebagai tenaga penggeraknya, hovercraft ini didukung oleh mesin diesel Deutz yang menghasilkan daya 440 kw.

Desainnya yang ringkas memungkinkan penyebaran LCAC(L) lewat udara menggunakan pesawat seperti C-130J Super Hercules atau A400M Atlas.

Bagi Pakistan, platform LCAC(L) akan menyediakan aset modern dan bergerak untuk melakukan patroli, mengerahkan pasukan reaksi cepat, dan mengirimkan bantuan selama keadaan darurat bencana alam. (RBS)

Rangga Baswara Sawiyya

Born of an air force family in Abdulrachman Saleh AFB, Malang. Fascinated with weaponry, automotive and action figures since childhood. The first article about the plane was published in HAI teen magazine when was being high school student. Wrote several articles about weaponry for Pikiran Rakyat newspaper and became a freelancer for Angkasa and Commando magazines from 2008 to 2017. Then joined Airspace Review and being as contributor for Langit Biru magazine since 2017

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

1 hour ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

2 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

5 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

7 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

7 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

7 hours ago