AIRSPACE REVIEW – Sempat menolak permintaan Turkiye untuk mengakuisisi jet tempur Eurofighter Typhoon, kini pemerintah Jerman mulai melunak dan memutuskan untuk menyetujui ekspor jet canggih tersebut.
Perubahan sikap ini setelah pembentukan pemerintahan baru Jerman di bawah Kanselir Friedrich Merz, yang bersikap lebih permisif terhadap ekspor pertahanan.
Keputusan Jerman tersebut menghidupkan kembali kerja sama pertahanan yang telah lama dibekukan antara dua sekutu utama NATO tersebut.
Lampu hijau Jerman untuk ekspor Typhoon ini telah dikoordinasikan di antara semua anggota konsorsium Eurofighter, yakni Inggris, Italia, dan Spanyol.
Bagi Angkatan Udara Turkiye, Typhoon akan mengisi kesenjangan antara armada F-16 yang menua dengan jet tempur siluman KAAN yang sedang dalam pengembangan.
Typhoon merupakan jet tempur multiperan generasi ke-4,5 yang dirancang untuk keunggulan pertempuran udara dan melakukan misi serangan presisi.
Pesawat bersayap delta-canard ini dibekali sepasang mesin turbofan afterburning Eurojet EJ200, yang menghasilkan kecepatan terbang maksimum Typhoon 2,3 Mach.
Mengenai persenjataannya, Typhoon dibekali dengan rudal Meteor dan AMRAAM, amunisi berpemandu presisi, dan dilengkapi dengan kemampuan peperangan elektronik (EW).
Di kelasnya, Typhoon bersaing dengan Dassault Rafale dari Prancis, Lockheed Martin F-16V Viper Amerika Serikat, MiG-35 Rusia, dan Chengdu J-10C dari China. (RBS)

