Shark Aero kembangkan pesawat perang elektronik Shark U1 untuk melawan drone Rusia di Ukraina

Shark-U1Shark Aero

AIRSPACE REVIEW – Ukraina telah menerima pesawat ringan Shark U1 pertamanya yang diadaptasi untuk misi peperangan elektronik. Pengiriman pesawat tersebut diumumkan di Paris Air Show 2025 beberapa waktu lalu.

Shark U1 berasal dari pesawat sport ringan bertempat duduk tandem Shark 600 yang dikembangkan oleh Shark Aero dari Slowakia.

Pesawat ditenagai oleh mesin Rotax 912 ULS berkekuatan 100 ps. Kecepatan terbang maksimumnya mencapai 300 km/jam dan jangkauan sekitar 2.000 km.

Pesawat dilengkapi pula dengan sistem keselamatan berupa parasut. Parasut ini dapat diaktifkan oleh pilot atau kopilot jika terjadi kegagalan sistem penerbangan atau risiko operasional.

Varian Shark U1 yang dikembangkan sebagai pesawat antidrone, dilengkapi dengan antena internal untuk mendeteksi dan melacak drone seperti Shahed dan Orlan buatan Rusia.

Setelah profil elektromagnetik drone terdeteksi, sistem pengacau yang terletak di bawah badan pesawat digunakan untuk mengganggu navigasi dan jalur komunikasinya.

Shark U1 tidak menghancurkan drone secara langsung, tetapi dapat menurunkan efektivitasnya dengan mengganggu sistem pemandunya.

Dalam kasus yang melibatkan drone pengintai, pengacauan yang berkelanjutan dapat menyebabkan hilangnya sinyal dan menyebabkan UAV menyimpang atau jatuh.

Sistem peperangan elektronik pesawat terdiri dari dua komponen utama.

Pengacau pertama difungsikan untuk menekan sinyal GNSS, termasuk GPS dan GLONASS, yang umumnya digunakan oleh drone untuk penentuan posisi dan panduan rute.

Pengacau kedua dirancang untuk mengganggu saluran transmisi video dan frekuensi kendali jarak jauh. Sistem ini dipasang dalam wadah di bawah pesawat.

Saat beroperasi pada ketinggian 1.800 m, Shark U1 dapat membuat zona pengacauan dengan radius mencapai 4,5 km.

Drone yang hanya mengandalkan navigasi GNSS mungkin sangat rentan terhadap gangguan ini.

Sedangkan drone yang dilengkapi dengan sistem navigasi inersia, seperti Shahed-136, dapat melanjutkan lintasannya, tetapi gangguan berkepanjangan menyebabkan akumulasi kesalahan di jalur penerbangan mereka.

Penggunaan antena terarah yang beroperasi dalam pita frekuensi 400 hingga 6.000 MHz, dengan penguatan 8 dBi, memungkinkan pesawat mendeteksi dan mengganggu berbagai sinyal kontrol dan navigasi drone. (RBS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *